JAKARTA – Grup band asal Jogjakarta Letto meluncurkan album kedua. Di album yang berjudul Don’t Make Me Sad itu, Noe (vokal), Patub (gitar), Arian (bas), dan Dedy (drum) merasa lebih bebas berpetualang dalam cara bermusik.
”Dulu, kami dikenal lewat lirik yang halus. Di sini, kami mencoba banyak sisi. Ada yang lebih halus. Ada juga yang nge-beat,” kata Noe dalam jumpa pers peluncuran album itu di Djakarta Theater Kamis (16/8) lalu.
Patub, sang gitaris, mengatakan bahwa album tersebut adalah buah kerja keras dengan teman-temannya selama setahun ini. ”Seperti romusa (pekerja paksa zaman Jepang, Red), kami mengerjakan album itu di tengah kegiatan yang padat. Kami ingat betul bagaimana empat komputer hidup dari pagi, siang, sore, hingga malam untuk ngejar deadline,” ujar cowok berkaca mata tersebut.
Sebuah lagu berjudul Sebelum Cahaya jadi single pertama dalam album produksi Musiko Studio itu. Seperti halnya dengan identitas Letto, lagu ciptaan Noe tersebut mengandung lirik yang dalam. Menurut Noe, lagu tersebut mampu menenangkan hati orang yang mendengarnya.
”Lagu itu bercerita tentang seseorang yang membutuhkan teman dan tidak ada yang bisa menemani. Tapi, jangan lupa, bukan hanya manusia yang bisa jadi teman. Alam, embun, angin, dan Tuhan bisa jadi teman kita yang paling setia,” papar putra budayawan Emha Ainun Nadjib tersebut.
Untuk mendukung kehalusan lirik, klip video lagu itu dibuat dengan apik. Yakni, dengan mengambil latar belakang alam terbuka. Amanda, model cantik yang memiliki keterbatasan sebagai tunarungu, didapuk untuk membintangi klip tersebut.
”Klip itu ingin menunjukkan embun pagi yang bicara dan angin yang berembus mesra. Semua berbicara tentang bahasa tubuh. Siapa lagi yang punya kemampuan untuk mengungkapkannya, kalau bukan Amanda yang memiliki kelebihan tidak bisa mendengar kebisingan dunia,” terang Noe dengan puitis.
Amanda yang hadir pada kesempatan itu ikut mengungkapkan rasa senang atas kesempatannya untuk andil dalam karya terbaru Letto tersebut. ”Terima kasih kepada Letto untuk (saya) jadi model klipnya. Saya suka Letto. Kata-katanya bagus,” ucapnya dengan suara terputus-putus.
Di luar single jagoan tadi, lagu lain berjudul Ephemera berhasil memancing rasa penasaran. Ternyata, lagu tersebut diambil dari salah satu kata dalam sastra Inggris.
”Ephemera adalah sesuatu yang hanya bersifat sementara atau hanya ada di permukaan. Misalnya, kemarahan dan kesedihan. Banyak hal yang kita anggap beban, padahal itu hanya sementara. Kira-kira, begitu yang ingin disampaikan oleh lagu tersebut,” jelas Noe lagi.
Menurut Noe, secara statistik, komposisi musik di albumnya kali ini lebih seimbang. Empat lagu mellow, empat middle beat, dan empat lainnya up beat. Pria yang gemar mengenakan penutup kepala itu punya alasan sendiri menyangkut hal tersebut. ”Kami sengaja menaruh single pertama yang slow supaya nggak terlalu jauh dengan Ruang Rindu dan Sandaran Hati (hit Letto dari album pertama, Red),” ujar Noe.
Kemampuan Letto, khususnya Noe, dalam menghasilkan lirik-lirik puitis dengan makna yang dalam kerap memancing rasa ingin tahu para pendengarnya. ”Di saat seperti apa kami tidak butuh nyepi di gua untuk mencari tempat tenang? Kami menciptakan suasana itu di dalam diri kami. Kami tidak tahu arti kata romantis atau puitis. Kami hanya menulis apa yang ingin kami sampaikan,” katanya.
Rencananya, beberapa bagian dari penjualan album Don’t Make Me Sad tersebut akan digunakan untuk membiayai produksi novel Ruang Rindu dalam versi huruf braille. ”Dengan begini, orang-orang yang tidak mampu memandang juga bisa menikmati,” tambah Noe. (rie)
source: samarinda pos, radar lampung & indo pos
LETTO on Facebook
Monday, August 20, 2007
Letto Kerja bak Romusa,Luncurkan Album Baru, Siapkan Novel Braille
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment