LETTO on Facebook

Sebelum Cahaya (Video Clip)

Sunday, December 31, 2006

Malam Tahun Baru Tanpa Show

Bagaimana dengan LETTO tentang malam tahun baru kali ini?

Dari obrolan beberapa waktu yang lalu dengan vokalis Letto (Noe) di salah satu tempat di Jakarta, memang kali ini gak ada acara manggung salah satunya karena tahun baru ini berbarengan dengan hari raya iedul adha yang jatuh di malem taun baru. Meski emang banyak tawaran buat manggung tapi pertimbangan lebih baik takbiran dan kumpul keluarga itu yang membuat mereka gak ngisi acara taun baru kali ini. Untuk kali inipun personil LETTO ngrayain lebaran haji kali ini ada yang di jakarta atau di kampung halamannya jogja.
Berikut salah satu kutipan yang diambil dari ”seputar indonesia”:.

........
Ketika beberapa band lain juga dipastikan absen di acara tahun baru, Letto malah diliputi ketidakpastian.

Kelompok asal Yogya ini sudah mendapat tawaran dari sejumlah EO. Mulai dari Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, hingga Pontianak.

Namun sampai detik ini belum satu pun yang pasti. ”Istilahnya masih pending. Bukan dari kita lho, tapi dari pihak yang mengundang. Karena tahun baru sekarang bersamaan dengan Idul Adha, jadi penyelenggara mengalami sedikit kesulitan,” ujar manajer Letto, Aldi.

Ia juga menuturkan,keempat personel Letto,Noe (vokal, kibor), Patub (gitar), Arian (bas), dan Dedi (drum) saat ini sudah kembali ke Yogya untuk merayakan tahun baru bersama keluarga dan teman.

Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan Letto bakal tampil dalam show di luar Yogyakarta.

”Kami sih enggak pengin dadakan. Penginnya acara itu sudah terkonsep dan jelas,”beber Aldi.

Namun, ia menambahkan, kalau memang acara tersebut urgensinya tinggi, pihak Letto mengaku tidak mempermasalahkan.

”Maksudnya, acara tersebut punya nilai lebih yang sifatnya bukan profit oriented. Kita sering kok dapat permintaan yang sifatnya on spot kayak gitu,”urai Aldi. Apakah soal bayaran sehingga para EO belum berani memberi kepastian? Ditanya begitu, Aldi buru-buru membantah.

”Menurut saya bukan masalah bayaran karena kami cukup fleksibel. Kalau memang sifatnya sosial, kami juga tidak akan pasang tarif. Yang pasti, selama ini Letto belum pernah tampil dengan bayaran Rp30 juta. Masih di bawah itu,” jawab Aldi.
…….

Wednesday, December 13, 2006

X Mild Noise With Letto

Band yang di gawangi oleh Noe (vokal), Patub (gitar), Arian (bas) dan Dedi (drum ) pada kamis malam 24 November 2006 bertempat di GOR Manahan Solo menggelar konser yang bertajuk X mild Noise with Letto.

Konser yang dimulai dari jam 19.00 di buka dengan penampilan 3 grup band dari solo yaitu westgate, carmen dan shati. Setelah waktu menunjukkan pukul 21.00 band yang ditunggu-tunggu oleh penggemar yang rata cewek ABG akhirnya muncul.

Band yang digawangi oleh noe sebagai vokalis membuka pertunjukan dan secara beriringan lagu-lagu letto dari album Truth,Cry and Lie pun meluncur menghangatkan suasana kota solo yang pada saat konser berlangsung sedang diguyur hujan lebat, tapi itu semua tidak menyurutkan para penggemar band yang berasal dari kota gudeg tersebut untuk datang.

Sebelumnya band yang bernaung di bawah bendera Musica Studio ini pernah masuk di album kompilasi Pilih 2004 dengan menyodorkan tembang berbahasa Inggris I'll Find Away yang mendapat sambutan cukup bagus.
Di sela2 pertunjukkan Letto juga membagi-bagikan stiker kepada penggemarnya.
Pada saat lagu Sandaran Hati, Noe sang vokalis juga tidak lupa mengenakan topi yang mana menjadi ciri tersendiri bagi dia.
Setelah kurang lebih selama 1 jam Letto menghibur penggemar solo letto menutup penampilan mereka dengan single pertama yang sudah tidak asing lagi di telinga yang berjudul sampai nanti,sampai mati.

Sumber: ketapel.com

Monday, December 04, 2006

Schedule December 2006

08.Des.06: Ultah KISS (Indosiar, Jakarta)
09.Des.06: Radio Oz & Mandala (Lampung)
10.Des.06: Konser Musik Kemanusiaan (Lampung)
12-13.Des.06: Media (Jakarta)
13.Des.06: Year & Special (Golden Crown Lounge, Jakarta)
15.Des.06: By Request (SCTV, Jakarta)
16.Des.06: Music Special (RCTI, Jakarta)
17.Des.06: Planet Remaja (AN TV, Jakarta)
17.Des.06: Mall Cimanggis (Jakarta)
18.Des.06: Disc Tarra (Jakarta)
20.Des.06: AMI Awards (Jakarta)
22.Des.06: Rock On For AIDS Bali (Sentral Parkir Kuta, Bali)
23.Des.06: Gebyar BCA (Indosiar, Jakarta)

Thursday, November 23, 2006

LETTO, Hadapi Persaingan Siapkan Album Baru

Jumat, 17 November 2006,
Grup band yang sedang naik daun Letto diam-diam rupanya sedang mempersiapkan album pamungkas mereka. Band yang digawangi oleh Noe (vokal/Kibor), Patub (Gitar), Arian (Bass), Dedi (Drum) ini siap untuk menarik fans mereka sekaligus menghadapi persaingan dengan band-band lainnya.

Saat ini kami sedang mempersiapkan album baru. Sayangnya, album itu baru bisa dirilis mungkin tahun depan. Soalnya, pembuatan album tersebut baru mulai Ramadhan kemarin,” kata Noe yang ditemui di sebuah Hotel kawasan Jakarta Selatan.

Noe mengatakan selama mengerjakan album tersebut, kesibukan Letto sebatas menerima tawaran manggung di beberapa tempat. Meski mengaku baru menyelesaikan 4 lagu, Noe berharap Album Letto bisa selaris album kemarin.

Kebetulan di Jogya, kita juga lagi nyiapin materi album kedua sambil manggung. Alhamdulillah sudah ada 4 lagu yang baru selesai, ya semoga bisa seperti kemarin,” harapnya.

Sayangnya, Noe enggan memberi tahu lebih jauh mengenai proyek album baru Letto tersebut. “Pokoknya ditunggu aja, soalnya kami ingin memberikan kejutan untuk para fans Letto. Kan nggak seru kalo dikasih tahu duluan,” katanya.
(jawapos)

Thursday, November 16, 2006

I’ll Find a Way

Root = Bmaj7 Eadd9 (4x) F#7 (E)

Bmaj7 Emaj7
And the time went by swift

G#m7+9 D#m7 Emaj7
When you have love in your hand

Bmaj7 Emaj7
And the sun that I call nis

G#m7+9 D#m7 Emaj7
Hold me tight and show me how to see

Bmaj7 Emaj7 G#m F# E B7 (d#)
This passion I show
Yes I’m sure that you know
You cast your spell On me darling
You’re a shiver on my lips
You’re a tremble on my feet
You’re a rain on the shore The only thing I want to keep

E F#7 Bmaj7
When everything’s falling down

Reff : ......

Bmaj7 Emaj7
So let the time goes day by day
With you in my mind
And in the end we will find love
That is our kind

G#m F# E
I ……. will find a way

G#m F# E
To ……..breath this dream everyday
So dear please come and dance with me
Under the moonshine
Baby it’s allright, it’s allright

F#
It will be just fine
C#m
And I don’t have to say

bassD# E
That I adore you ……..in everyway
This patience I show
Yes I’m sure that you know
You cast your spell
on me darling
You are my kindred spirit
Much more than I could admit
You’re the smell on a rose
The only thing I want to keep
When everythings falling down

Thursday, November 02, 2006

Letto Tour, November 2006


10.11.2006: Jakarta (RCTI)
13.11.2006: Jakarta (Promo Musica)
14.11.2006: Jakarta (Promo Musica)
15.11.2006: Jakarta (Promo Musica)
16.11.2006: Jakarta (Promo Musica)
17.11.2006: Surabaya (SSC Pakuwon Trade Centre, Pensi Foreshadow)
18.11.2006: Lumajang (GOR Wirabakti, Live Concert Letto Tour de East Java)
20.11.2006: Lamongan (GOR Pemuda, Live Concert Letto Tour de East Java)
21.11.2006: Kediri (Gedung Serbaguna, Live Concert Letto Tour de East Java)
22.11.2006: Madiun (GOR Wilis, Live Concert Letto Tour de East Java)
24.11.2006: Ngawi (Gedung Eka Kapti, Live Concert Letto Tour de East Java)
26.11.2006: Kuta Bali (Mal Galeria, The Next Bali Generation)

(sumber: anndini, lettolink)

Tuesday, October 31, 2006

Untitled (From Palembang To Jogja)

Oleh: Metha Kurniaty, merely_an_id@yahoo.co.id

Beberapa bulan belakangan ini, kami mencoba untuk lebih dekat lagi ke Letto
Bukan hanya sekedar memaknai apa sebenarnya inti dari lagu yg mereka miliki.
Tapi mencoba untuk lebih dekat juga dengan sekumpulan manusia yang ada di belakangnya.
Letto bagi kita-kita, pertama ada, hnya sebagai lagu pengisi waktu luang saja
Tapi belakangan berubah menjadi lagu yang WAJIB didengarkan
Untuk beberapa alasan, kita menyebut mereka SODARA ...
( ... ehehe... semoga saja mereka tidak keberatan yaa ... )
Bukan karena adanya ikatan darah diantara kita
Tapi lebih ke persamaan pengalaman hidup, yang ada pada lagu mereka

Friday, October 20, 2006

Video: HeartBreaker


Penampilan Letto di Soundrenaline 2006 di Ancol dengan lagu Heartbreaker, lagu yang belum pernah di rilis Letto tapi udah sering dibawain kalo pentas.

Kalo mo liat video yang lengkapnya boleh klik di: SINI

Friday, October 06, 2006

Harus Berjuang Tanpa Arian

SUKSES pada album pertama tidak lanatas membuat anak-anak Letto terlena dalam euforia keberhasilan mereka. Buktinya sampai saat ini band bermarkas di Jogja ini masih terlihat sibuk menggelar pertunjukan di beberap tempat untuk memprkenalkan album baru mereka tersebut.
Bahkan karena tuntutan itu pula, para personelnya juga harus bolak-balik Jogja-Jakarta karena memang tawaran banyak yang berasal dari sana. Band yang didukung penuh oleh Noe (vokal), Ari (bass), Patub (gitar), Dedy (drum) ini memang sedang naik daun. Musik mereka yang sederhana membuat kehadiran mereka mudah diterima oleh pencinta musik.

Tapi seminggu terakhir ini, seabrek aktivitas yang telah ditata dengan baik tiba-tiba harus disesuaikan lagi. Apa gerangan yang menyebabkan anak-anak Letto harus melakukan hal ini? Ari, sang bassis beberapa hari yang lalu tertimpa kecelakaan. Kecelakaan yang dideritanya tergolong parah, tulang pergelangan tangan kiri dan tulang selangkanya patah.

Hal ini menyebabkan Ari untuk sementara tidak bisa ikut serta dalam acara-acara yang melibatkan nama Letto. Ia harus berjuang keras untuk menyembuhkan cederanya. Menurut Noe, mereka tidak bisa memastikan kapan kira-kira Ari bisa bergabung kembali. ”Dokter yang merawat Ari mengatakan bahwa kemungkinan besar Ari harus istirahat hingga tiga bulan ke depan. Itu artinya kami akan kehilangan dia selama waktu tersebut,” ujar putra semata wayang budayawan kondang Emha Ainun Najib ini.

Cederanya Ari membuat para personel Letto yang lain sempat kocar-kacir untuk mencari penggantinya. Maklumlah, mereka sama sekali tidak menduga kejadian yang menimpa Ari. Tapi menurut Noe, untuk saat ini mereka telah mengisi lowongnya posisi basis. Formasi terbaru mereka terlihat ketika mereka manggng di Semarang pada event Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2006 beberapa waktu yang lalu.

Walaupun begitu, rencana jangka menengah membuat album baru tidak terlalu berpengaruh. Semua kru saat ini sedang berusaha keras untuk mengumpulkan materi untuk album Letto yang kedua tersebut. Untuk album anyar tersebut, Noe dan kawan-kawan masih mengusung bendera Musica studio sebagai major label-nya.

”Rencananya album baru kita akan segera dirilis pada awal 2007. Sampai saat ini, proses pengerjaannya sudah mencapai 60 persen,” tandas cowok berambut keriting ini. Untuk recording-nya sendiri, para personel Letto tidak merasa ada masalah karena mereka mempunyai studio rekaman sendiri.

Selain handal dalam bermusik ternyata anak-anak Letto juga ahli dalam hal Digital recording, bahkan mereka juga sering menggarap album musisi-musisi lain di Jogja, terutama untuk pendatang baru. Ketika sedang tidak ada tawaran manggung keempat anak muda ini biasanya ngumpul di studio yang mereka kelola ”Geese Studio”, bahkan studio ini jugalah yang menjadi base camp mereka.

Letto Tetap Memikat

PEMBETOT bas Letto, Arian, kecelakaan, beberapa waktu lalu. Tangannya retak. Tak ayal, dia tak bisa tampil dalam beberapa kali pertunjukan grup dari Yogya itu. Namun meski tanpa Arian, Letto tetap memikat saat menghibur ribuan peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Wonderia, Semarang, Jumat (8/9) malam.

Grup itu membuka penampilan dengan tembang "Seberapa Cinta" dari album perdana, Truth, Cry, and Lie. Pada sesi pertama, mereka menyuguhkan lima lagu berturut turut.
Pada sesi kedua, mereka memasukkan unsur musik tradisional bercorak slendro dan pelog dalam instrumen modern. Beberapa lagu yang mereka lantunkan memang belum begitu akrab di kuping peserta OSN. Namun saat Letto melantunkan lagu pop manis "Sandaran Hati", para penonton pun turut menyanyi.

Tak ingin kehilangan momen baik itu, sang vokalis Noe menggebrak dengan lagu andalan "Sampai Nanti, Sampai Mati". Putra sulung Emha Ainun Nadjib itu menyampaikan pesan agar para ABG itu terus berprestasi. "Kalian kan anak-anak pintar yang terpilih mewakili setiap provinsi. Tetap tekun belajar ya, biar bisa terus pinter," ujarnya.

[sumber: suara merdeka]

Kelembutan Letto

SUDAH banyak musisi asal Kota Yogya yang sukses meretas karier di jagad musik Indonesia. Sebut saja Sheila on 7, Jikustik, dan Shaggy dog, yang sampai sekarang tetap menjadikan Yogya sebagai salah satu kiblat musik tanah air. Letto menjadi salah satu generasi teranyar band asal kota Gudeg, yang berhasil mencuri perhatian publik lewat album pertama mereka Truth, Cry and Lie

Letto semalam hadir di Semarang, dalam rangka malam keakraban peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2006. Mereka benar-benar menjadi bintang yang begitu dinanti-nantikan ratusan siswa-siswa berprestasi yang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Letto, band beraliran pop yang dibesarkan oleh Noe (vokal), Ari (bass), Patub (gitar) dan Dedy (drum) ini, memang selalu tampil seadanya dan sederhana. Tapi hal itu tidak mengurangi permainan mereka. Keempat anak muda ini benar-benar dalam kondisi prima. Kekompakan mereka di atas panggung terlihat dari setiap lagu-lagu yang mereka lantunkan.

Ketika Noe pertama kali naik ke panggung, sontak para pelajar yang tadinya duduk manis di tempat duduk masing-masing, langsung berhamburan ke depan panggung. Mereka pada umumnya ingin menyaksikan personel Letto secara lebih dekat.
Mereka seolah tidak sadar, bahwa di tempat itu anak-anak di temani Gubernur Jateng, H Mardiyanto. Gubernur pun terlihat tersenyum menyaksikan tingkah polah para siswa itu.
Ratusan kamera yang dibawa para pelajar pun langsung beraksi mengabadikan aksi panggung band Letto. Ternyata walaupun masih dalam usia yang boleh dibilang cukup belia, mereka sudah menunjukkan apreasiasinya pada bidang musik. Siswa-siswi yang rata-rata berotak encer itu, juga bisa menyanyikan lagu-lagu Letto.

Alunan nada dari album pertama Letto pun muncul satu persatu. Di mulai dengan kemunculan lagu Sebenarnya Cinta, kemudian berturut-turut hadir gita Tak Bisa Biasa, I’ll Find Away, U & I dan Ruang Rindu. Tembang-tembang itu ditampilkan sebagai lagu jagoan untuk sesi yang pertama. Pada sesi kedua, mereka membawakan sebuah lagu wajib nasional yang sarat aura patriotisme Berkibarlah Benderaku. Menurut Noe, lagu itu merupakan lagu wajib mereka ketika manggung.

Putra budayawan kondang, Emha Ainun Najib ini, lagi-lagi unjuk kebolehan lewat hits No One Talk About Love Tonite, Truth, Cry and Lie dan Sampai Nanti, Sampai Mati.


09 Sep 2006 04:23 pm.
[sumber: wawasan]

Thursday, September 28, 2006

Nasionalisme Cara Letto

MASIHKAH anak-anak muda, yang terlahir sebagai generasi pop, menyimpan nasionalisme di dasar hatinya? Salah, sungguh salah, kalau Anda meragukannya. Anak-anak muda selalu memiliki cara untuk menunjukkan kecintaan itu.

Lihatlah cara Letto, grup band asal Yogya yang kini tengah naik daun itu, untuk mengungkapkan nyala api cinta pada negara. Ketika manggung di pelataran PRPP dalam rangka Mega Jateng Expo 2006, beberapa waktu lalu, mereka menunjukkannya lewat lagu.
Ya, di sesela penampilannya, Noe sang vokalis mengajak para penonton untuk menyanyikan sebuah lagu wajib. Tentu saja para penonton terhenyak, mendengar ajakan tak lazim itu.
''Siapa yang cinta Indonesia?'' tanya Noe, sebelum memulai ajakannya, yang kontan disambut acungan tangan penonton. ''Kalau masih cinta, mau menyanyi sebuah lagu wajib bersama Letto.''


Melihat keraguan yang menggayut pada respons para penonton, penyanyi yang tak lain adalah putra budayawan Emha Ainun Nadjib itu memulai lagunya. Maka, mengalunlah ''Berkibarlah Benderaku'' karya Ibu Sud itu dalam irama pop yang riang.
''//Berkibarlah benderaku/ lambang suci gagah perwira/ di seluruh pantai Indonesia/ kau tetap pujaan bangsa...//'' lantunnya.

Pada awalnya, ribuan penonton yang memadati pelataran PRPP malam itu, terlihat masih gamang menyahut vokal Noe. Tapi, aransemen ngepop yang dimainkan Patub (gitar), Ari (bas), dan Dedi (drum) membuat mereka lupa, Letto tengah menyanyikan lagu wajib.
Maka, sejurus kemudian terdengar koor yang kompak, melanjutkan lagu itu. Noe, pemilik nama panjang Sabrang Mowo Damar Panuluh itu tinggal menyorongkan mikrofon untuk menangkap semangat yang telah menular ke kepala para penonton.
''//Siapa berani menurunkan engkau/ serentak rakyatmu membela// Sang merah putih yang perwira/ berkibarlah s'lama-lamanya...//''
Lihatlah, sekitar lima penonton merangsek ke arah pagar, yang berjarak dua meter di depan panggung. Di hadapan Letto, mereka membentangkan bendera merah putih, sembari tetap menyanyikan lagu wajib yang ngepop itu.

Album Perdana
Tentu tak cuma lagu wajib yang dibawakan Noe dan grup bandnya. Demi memuaskan para fans, mereka juga membawakan lagu-lagu yang diambil dari album pertama mereka yang bertajuk Truth, Cry, and Lie. Lagu-lagu yang dinyanyikan Letto antara lain ''Truth'', ''Cry & Lie'', ''Sebenarnya Cinta'', ''Tak Bisa Biasa'', ''No One Talk Ab' Love Tonite'', ''Ruang Rindu'', ''Insensitive'', ''Sampai Nanti'', dan ''Sampai Mati''.


(Sumber: Suara Merdeka, Achiar M Permana)

Wednesday, September 27, 2006

Anak Kyai Kanjeng Nyanyi Sendiri

PUNYA ayah Emha Ainun Nadjib rupanya menakutkan. Itulah pengakuan Sabrang Mowo Damar Panulung, 26 tahun. Apa yang dilakukannya dengan bekerja keras selalu saja dikaitkan dengan pimpinan grup musik Kyai Kanjeng itu. Termasuk ketika Noe, begitu ia biasa disapa, membentuk band bernama Letto (di grup ini ia menjadi vokalis).

"Saya bukannya nggak bangga sama Ayah. Cuma, saya nggak mau mendompleng dan memanfaatkan namanya. Pingin dikenal, ya, karena kemampuan saya," ungkap Noe kepada Ajeng Ritzki Pitakasari dari Gatra.

Ihwal terjunnya Noe di bidang tarik suara pun dijalaninya sendiri. "Saya belajar sendiri semuanya. Nggak ada duit untuk bayar orang yang bisa ngajari nyanyi," kata sarjana dua disiplin ilmu, matematika dan fisika, dari Universitas Alberta di Kanada ini, mantap. Di album perdana Letto, "Truth, Cry, and Lie", Noe membuktikan talentanya. Ia menulis semua lagu dan liriknya. Lima dari 10 lagu itu ditulis dalam bahasa Inggris.

Namun ia tak menolak bila harus manggung bareng sang ayah. "Tapi bukan sebagai anak dan ayah. Kalau sampai terjadi, saya pingin dalam konteks antara Kyai Kanjeng dan Letto," ucap anak sulung dari pernikahan pertama Emha ini.
(Sumber: Apa Siapa Majalah Gatra)

Tuesday, September 26, 2006

Noe: "Kami Tidak Mendompleng Nama Emha"

VOKALIS grup band Letto, Noe, membantah tudingan bahwa ia mendompleng nama besar sang ayah, Emha Ainun Najib.
“Saya tidak bisa memilih menjadi anak siapa. Kalau kemudian saya berkarya dalam hal apa dihubungkan dengan ayah saya, apakah itu salah saya dan teman-teman saya”, kata pemilik nama Sabrang Mowo Damar Panuluh ini.

Noe sendiri tidak mempermasalahkan penilaian orang bahwa kesuksesan yang diraih ia dan Letto tak lepas dari Emha Ainun Najib.
“Silahkan orang mau berpikiran apa. Yang penting kita tidak pernah menjadikan nama itu menjadi aset sedikit pun.” ucap Noe.

(Sumber: Bibir Plus SCTV)

Wednesday, September 20, 2006

Dari Fans Buat Letto

Suci: Mas LETTO puniko band ingkang sae sanget nggih....taksih nem-nem nanging lagunipun mboten cengeng, mboten vulgar....malahan kathah nasehat, perenungan ingkang sae..mboten nggurui....mugi-mugi mas LETTO saget dados band ingkang tetep sederhana ananging penuh makna...:)

pradiksa: Letto... klo gw dnger diCD sih bagus gak ada yg nyeleneh sdkt pun baik dr suara /pun instmnt yg ada ddlmny, hebat dimixing, IT skrg mmg canggih tp coba kalo live anchur bgt, kok bs sdmikian anchurnya? shrsny sdh expert wlau gak perfect pling tdk hrs mndkati, klo bs sbgs yg ada diCD dong, sdar gak klo klian tlh mlakukan KEBOHONGAN PUBLIC, lagian musiknya biasa aja tuh, malah terkesan aneh. Faktor fisikkah? krg lathn? /bingung krn trlalu bnyk instrmnt yg hrs dmainkn sdgkn klian cm br4 higga hrs tmbh addplyer pula, bknny letto slalu mlakukan hal yg sama tiap hriny manggung sana sini ...

Vhie2andra: Letto....... Gw salut ma kamu semua... bangga punya kalian.... sebagai pendatang baru... kalian ok banget... good luckk..be the best n maju terus ya...:)

gitablu: saya suka banged sama musik kalian..enak ya. Saya mulai mendengar musik Letto sejak teman saya meminjamkan cd Lettonya ke saya. Dan ternyata memang enak sekali.. Go Letto Go..

rockmadoen: secara keseluruhan ok juga nich album.liriknya ngena, buat para pemuja cinta nendang secara halus.haha...tapi kalo bisa album yg akan datang aga ngebeat lagi donk.sukses bro.

Jk: letto,, dulu cuman suka yg sandaran hati nya doank,, tp skarang ... malah tambah membahana di Melaka.. orang sini belum pada taw letto,, tapi ntar bakal gw puter sring2.. biar org2 pada order kasetnya.

[BACA SELENGKAPNYA DI SINI]

Wednesday, September 13, 2006

Show Letto Berlangsung Dingin

MAKASSAR -- Band pendatang baru, Letto yang tampil di Liquidroom, Clarion Hotel & Convention Makassar tidak mampu membangun suasana semarak dalam pertunjukannya, Rabu malam lalu.
Live performance Letto yang dimulai pukul 23.52 Wita tersebut, berjalan tanpa ada histeria pengunjung dan juga aplaus panjang seperti biasa.
Bisa dikata Letto gagal menghibur dengan suasana Liquid yang begitu dingin sepanjang shownya.

Noe (Vokal, kibor), Patub (Gitar), Arian (Bass) dan Dedy (Drum, Perkusi) tampil dalam durasi satu jam penuh, membawakan tembang-tembang hitnya.
Namun sayang, Noe yang menjadi leader dalam shownya gagal membangun satu aksi yang komunikatif.
Jadinya segala basa basi yang diucapkan Noe di atas panggung berlalu begitu saja, tanpa respons. Bahkan, sekadar tepukan tangan pun tidak.

Suasana dingin sedikit mencair ketika Noe menyanyikan Ruang Rindu, salah satu hit Letto yang kini tengah marak di putar di beberapa radio swasta.
Tapi itu pun tak banyak mengubah respons penonton band asal kota Gudeg tersebut.
Meski malam itu, Letto juga menyuguhkan tembang pamungkas mereka, Sampai Nanti Sampai Mati dan Sandaran Hati.

(sumber: fajar.co.id. foto: tam@www.tamtomo.blogspot.com
)

Video Klip Ruang Rindu

Video Klip Sandaran Hati

Tuesday, September 12, 2006

Noe: Letto Artinya tanpa Arti



LETTO adalah tanpa arti. Itulah pengertian nama band asal Kota Gudeg Yogyakarta.
Meski tak terdefinisi tapi Letto ingin memberikan arti di blantika musik Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan vokalis Letto Noe usai manggung di SMA 1 Balikpapan, Minggu (27/8) malam. "Letto itu berarti tanpa arti. Kita juga enggak tahu arti letto," jelas Noe.

Grup band yang berdiri April 2004 tersebut melambung setelah album pertama mereka yang bertitel truth, cry and lie meledak di pasaran lewat hitsnya sampai nanti sampai mati. Band yang digawangi Noe (vokalis), Dedi (drum), Ari (bass) dan Patub (gitar) ini senang dapat manggung kembali di kota Balikpapan. "Senang, ini kedua kalinya kami manggung di sini (Balikpapan). Sebelumnya kami pernah tampil di Hotel Bahtera," kata Neo. Putra budayawan Emha Ainun Nadjib tersebut senang melihat antusias masyarakat Balikpapan. Menurut pria berambut gondrong tersebut, saat manggung banyak penonton yang hapal dengan lirik lagu Letto, bukan hanya yang berlirik Indonesia, tapi juga yang berbahasa Inggris.

"Itu artinya, mereka (penonton) benar-benar bisa menikmati lagu-lagu kami," jelasnya. Namun, selain membidik pasar lokal Letto juga ingin menembus balantika musik mancnegara. Dengan kata lain Letto berniat untuk go international.

Cita-cita Letto tersebut bukan sekadar isapan jempol. Keseriusan Noe dkk menembus pasar internasional sudah terlihat sejak peluncuran album pertama Letto. Di album tersebut selain menyanyikan lagu berlirik bahasa Indonesia juga ada beberapa yang berbahasa Inggris, yakni U and I, Truth, Cry and Lie dan No One Talk About Love Tonight.

"Ya, kelemahan band Indonesia untuk go international kan bahasa. Karena itu, kami coba untuk menciptakan lagu berbahasa inggris, siapa tahu ada orang barat yang dengar dan langsung menjual Letto ke pasar internasional," kata Noe. Ia juga menambahkan bahwa, di album kedua mereka yang akan diluncurkan tahun depan, masih akan dihiasi dengan lagu-lagu berbahasa Inggris.

Selain membahas musik dan cita-cita Letto, Noe juga mengungkapkan keprihatinannya atas peristiwa gempa yang meluluhlantakkan DI Yogyakarta, terutama Kabupaten Bantul. Apalagi pada bencana alam yang menelan ribuan nyawa dan meratakan ribuan rumah dengan tanah tersebut juga menimpa personel Letto. Rumah Ari di Imogiri juga rata dengan tanah.

"Tapi untungnya enggak ada personel kami yang tewas," katanya. Karena itu, dalam beberapa bulan terakhir ini Letto sering mengumpulkan dana untuk membantu saudara mereka yang terkena gempa. Saat ditanya tentang koran Tribun Kaltim, Noe menjawab sudah pernah dengar, karena sebelumnya Letto juga pernah manggung di Balikpapan.

"Oya, tahu. Karena dulu kami juga pernah ke sini dan melihat waktu nginap di hotel" ungkapnya singkat. Bicara tentang Balikpapan, Noey mengaku asyik saja di Kota Minyak.

"Kota ini asyik, tapi sayang jika ke sini kami enggak sempat mutar-mutar karena harus cepat balik. Tapi yang pasti, Letto masih ingin terus manggung di Balikpapan. Sampai nanti, sampai mati," katanya.
(sumber: tribunkaltim.com, foto: musica)

Thursday, September 07, 2006

Manisnya Sweet-Pop Letto

CUKUP pantas kalau nama Letto kini menjadi band pendatang baru yang naik daun.
Terbukti dengan mengusung sweet-pop-nya Letto mampu membuat fansnya tersenyum puas.
Inilah yang tergambar di gelaran final gelaran LA Light 100% Enjoy Jambore Ekonomic Music Festival (JEMF) di Sasana Bina Krida Budaya Banjarmasin, Minggu (11/6). Band yang pernah masuk di kompilasi Pilih 2004 dengan menyodorkan tembang I’ll Find Away ini disambut heboh.

Ramuan musik band asal Yogyakarta lewat lagu Sampai Nanti, Sampai Mati yang menjadi single pertama album mereka Truth, Cry and Lie, begitu tenar. Pantas saja saat Noe sang vokalis menaiki panggung dengan gayanya yang khas sambil melompat, terdengar teriakan histeris memanggil Letto.
"Apa kabar Banjarmasin, kami cukup bangga bisa tampil di depan kalian!" sapa Noe di awal aksinya. Setelah disambut suara histeris fansnya akhirnya menggema cabikan bas Ari, lalu petikan gitar Agus serta gebukan drum Dedi.
Wajar saja,fans beratnya langsung merapat ke panggung. Setelah tembang I’ll Find Away-nya dilanjutkan Sampai Nanti, Tak Bisa Biasa, Sebenarnya Cinta U&I, serta pamungkas Sandaran Hati.

Pesona grup musik pendatang baru yang hari itu seluruh personilnya mengenakan ikat hitam di lengan sebagai tanda berkabung atas nasib Jogja, bagai magnet tersendiri.
Koor massal selalu mengiring dan Letto lovers serasa tak ingin berhenti mengikuti alunan tembang yang mereka kemas dengan nada pelog dan Slendro ala gamelan Jawa dalam kemasan musik kekinian.

(sumber: indomedia, foto: musica)

Ring Back Tone Letto

Wednesday, August 30, 2006

Letto Berdangdut dengan 'Sandaran Hati'

MAKASSAR, Jumat, 25-08-2006
Suasana tenang di Liquidroom Hotel Clarion & Convention Makassar pada Rabu malam (23/8) berubah menjadi meriah, ketika pada sekitar pukul 23.30 Letto memulai aksi panggungnya.
Pengunjung langsung menyambut hangat band asal Yogyakarta itu begitu membawakan lagu pertamanya hingga akhir.
Letto yang diperkuat Noe (Vokal, kibor), Patub (Gitar), Araimn (Bass) dan Dedy (Drum, Perkusi) tampil kurang lebih Satu jam penuh membawakan tembang-tembang hitnya, seperti Ruang Rindu, Sampai Nanti Sampai Mati dan Sandaran Hati.

Bahkan Suasana menjadi heboh ketika Noe, sang vokalis turun dari panggung mengajak pengunjung bergoyang bersama.
Takkala menyempatkan diri membawakan Sandaran Hati untuk yang kedua kalinya dengan irama dangdut.
"Tadi sebelum manggung saya diminta membawakan Sandaran Hati Dua kali.
Makanya yang kedua kalinya ini dalam irama dangdut," serunya kepada pengunjung untuk ikut bergorang.
"Kita harus mencintai seluruh karya Indonesia, termasuk dangdut. Makanya tidak salah jika kita bergoyang dangdut," tambahnya.
Kontan pengunjung langsung ikut bergoyang mengikuti irama Sandaran Hati versi dangdut yang dibawakan Letto.

Pada malam itu tidak ketinggalan Letto membawakan sejumlah lagu barat, baik yang merupakan lagu sendiri, seperti You and I dan sejumlah lagu dari band barat misalnya lagu dari Queen.

(Abdullah, Ujungpandang Express)

Thursday, August 24, 2006

Reportase Soundrenaline 2006

Soundrenaline 2006 – Rock United, Come As One….



meski seharian melelahkan dari jam 11 siang ampe jam 11 malem, tapi asik juga ngikutin hajatan soundrenaline kali ini. digeber habis-habisan dengan musik-musik bermutu dari berbagai aliran musik dari indie, pop, rock, reggea, metal dari kelompok bule (inxs, mike tramp) ampe lokal di 4 panggung utama yang kadang-kadang bikin bingung mo liat yang mana. tapi emang sih terserah masing-masing mo liat 'ratu' boleh, mo liat ‘betrayer’ juga boleh, emang sih gak setiap panggung penuh ama penonton…. kadang sambil duduk2 manis menikmati musik or kelompok yang mungkin baru pertama diliat atau baru denger namanya.

ada juga sih yang bawa-bawa bendera slank tapi goyang dipanggung-nya ratu atau malah jingkrak-jingkak waktu samsons atau nidji tampil di stage.
mungkin soundrenalin tahun ini paling rame di jakarta dibanding 4 kota lainnya selain ada inxs dengan vokalis barunya JD Fortune hasil audisi acara RockStar (di jakarta sih dulu disiarin ama o-channel) juga ada mike tramp, mantan vokalis white lion yang sekarang jadi suami ayu ashari, selain puluhan kelompok musik berbagai aliran dari lokal seperti jamrud, cokelat, slank, samson, element, nidji, letto, naff, ratu, radja, ungu, gigi, crisye, /rif, ello, seurieus, club eighties, netral, shanti, audy, pinkan, j-rocks, kotak , suckerhead, stevent & coconuts dan beberapa band lainnya.

mungkin yang menjengkelkan waktu penyelenggaraan yang molor ga sesuai jadwal yang kita pegang ampe 3 jam… so rencana nonton band tertentu berantakan gara-gara mainnya berbarengan di panggung yang berbeda. emang sih maunya ini festival kayak di woodstock ato rock in rio yang kita bebas nentuin mana musik yang mo kita nikmati, tapi gimana mo nikmati kalo 3 band favorit manggung bareng di tempat berbeda dalam waktu berbarengan.
band yang ditungguin di stage 2 yaitu letto dan nidji pun molor hampir 3 jam dari rencana manggung jam 3 baru mendekati magrib naik panggung.
nidji juga sama baru kelar manggung jam setengah delapan malem.
emang sih kita cuman nongkrong di belakang stage bareng ama letto and nidji nunggun penampilan mereka.
letto sempet bawain lagu hits mereka sampai nanti sampai mati, heartbreaker, ruang rindu, sandaran hati dan satu lagu perjuangan berkibarlah benderaku ampe waktu maghrib setelah penampilan naff.
kalo nidji lebih beruntung karena manggung abis magrib dan lampu2 panggung dah kepake dan massa penonton bener2 bludak sampil ngikutin goyangnya giring. mereka bawain heaven, disco lazy time, child, sudah dan hapus aku dengan versi panggung mereka yang full goyang meski sempet ada suara berisik di soundsystem mereka tapi enakkan si giring hemat suara soalnya audiens yang nyanyiin.
thanks buat anak-anak letto (aldi, noe, arian, patub, dedi) dan nidji (giring, rama, andro, randy, ariel, andri, vele) serta nidjiholic yang sempet ketemu di sana.

Buat temen-temen yang mo liat penampilan mereka boleh liat foto-fotonya di:
SINI

Ato kalo pengin nonton rekaman videonya boleh download di link berikut:

Heartbreaker (letto) :
http://rapidshare.de/files/30327072/6.lt.zip.html
Berkibarlah (letto) :
http://rapidshare.de/files/30406834/7.lt.zip.html
Ruang Rindu (letto) :
http://rapidshare.de/files/30415568/1.lt.zip.html
I’ll Find A Way (letto):
http://rapidshare.de/files/30471700/3.lt.zip.html

Monday, August 14, 2006

Foto & Video Letto 12.08.06



letto malem minggu kemarin (12.08.06) tampil di salah satu event launching produk salah satu telepon genggam 3g di jakarta. meski sang vokalis belum fit bener abis jatuh sakit dan barusan dari pontianak & banjarmasin penampilan mereka lumayan bagus. audience di venue menyanyikan bareng2 lagu2 letto yang yang telah akrab di kuping. sandaran hati, ruang rindu, sampai nanti sampai mati, i'll find a way, truth cry and lie, u & i dan lagu baru mereka heartbreaker terus menerus digulirkan. satu lagu patriotik garuda pancasila juga dilantunkan dengan gaya letto katanya sih buat yang ultah tagl 17 agustus ini. tunggu juga penampilan mereka di daerah masing-masing seperti di semarang, bojonegoro, ngawi, sragen, surabaya dan kota-kota lainnya bulan ini serta ajang musik akbar tahunan di soundrenaline 2006, pantai karnaval ancol tgl 20 agustus ini bersama beberapa band lain seperti inxs, mike tramp, slank, nidji, radja, jamrud. cokelat, ungu, /rif, samsons, seurieus, naff dan masih banyak lagi.
buat liat foto-foto event kali ini bisa dilihat di : SINI

Friday, August 04, 2006

Letto di Soundrenaline 2006

A Mild Live Soundrenaline 2006 "ROCK UNITED" – COME AS ONE MEMPERSATUKAN KEANEKARAGAMAN MELALUI MUSIK

JAKARTA, 27 Juli 2006 – Setelah sukses menggebrak kota Banjarmasin pada hari Minggu (23 Juli 2006) lalu, A Mild Live Soundrenaline 2006, festival musik yang paling ditunggu oleh para music maniac di Indonesia, akan melanjutkan turnya ke kota Makassar pada hari Minggu, tanggal 30 Juli 2006.

Untuk tahun 2006 ini, A Mild Live Soundrenaline 2006 mengusung tema "Rock United" – Come as One. "Tema dari A Mild Live Soundrenaline tahun ini yang mengangkat 'Rock United' – Come as One bertujuan untuk mempersatukan perbedaan diantara kita melalui musik," Amelia Nasution selaku Brand Manager A Mild, menjelaskan.
Amelia juga menambahkan, "Para pengunjung A Mild Live Soundrenaline datang dengan segala keanekaragaman yang mereka miliki. Yang kami inginkan adalah mereka dapat menerima dan mengapresiasi keanekaragaman tersebut melalui musik sebagai mediumnya."

Selain pengunjung yang beranekaragam, A Mild Live Soundrenaline juga menyuguhkan berbagai aliran musik. "Kami sangat senang dapat tampil di A Mild Live Soundrenaline yang menghadirkan para musisi dari aliran berbeda karena kami dapat berbagi pengalaman dengan mereka", ungkap Pongky Jikustik, salah satu musisi pendukung Soundrenaline tahun ini. "Para pecinta musik Indonesia saat ini sudah dapat menghargai aliran musik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, kami tidak memiliki masalah untuk tampil satu panggung dengan musisi dari aliran yang berbeda."

Kota Makassar adalah kota kedua persinggahan tur lima kota A Mild Live Soundrenaline 2006. Selanjutnya A Mild akan menghibur para music maniac di Pekanbaru (6 Agustus 2006), Medan (13 Agustus 2006), dan akan berakhir di Jakarta (20 Agustus 2006).
Berbicara mengenai terpilihnya kota Makassar sebagai salah satu dari lima kota pilihan A Mild Live Soundrenaline 2006, Amelia menjelaskan, "Dinamika kehidupan masyarakat kota Makassar dengan ragam kebudayaan dan bahasa mereka seperti Bugis, Toraja, dan Bone, yang harmonis sangat dengan tepat mencerminkan pesan yang ingin disampaikan oleh A Mild kepada para music maniac dan publik - Bahwa melalui musik kita bisa bersatu dalam perbedaan. A Mild berharap bahwa para music maniac Indonesia bisa menjadikan kota Makassar sebagai kota panutan semangat 'Rock United – Come As One' kali ini."

A Mild menjanjikan tiga panggung spektakuler yang terdiri dari dua panggung utama, A Mild stage dan Simpati stage, serta satu welcoming stage dari Nescafe. Panggung-panggung tersebut tidak hanya menampilkan musisi dengan nama besar seperti Slank, Radja, Audy, Samson, Jikustik, Ratu, Saw Losser dari Singapura dan lainnya, tetapi juga memberikan kesempatan kepada band indie maupun band pemula untuk unjuk gigi.
Selain itu, A Mild Live Soundrenaline juga menyediakan arena-arena menarik lainnya dimana para pengunjung dapat menikmati berbagai hiburan dan permainan seperti basket 3 on 3, bilyar, dan juga A Mild Zone. Tidak ketinggalan beberapa gimmick pertunjukkan seperti sesi Red Carpet, Musiclinic atau Coachingclinic, dan Meet n Greet.

Seperti halnya dari tahun ke tahun, A Mild tetap akan menjanjikan festival musik yang sangat `menggebrak' di tahun ini.

Prolog Musik LETTO

Letto mulai melaju dengan hitsnya 'Sampai Nanti Sampai Mati' yang bercerita soal perjuangan hidup. Band musik asal Yogyakarta ini juga telah meliris debut album mereka 'Truth, Cry and Lie'. Kini nama Letto memang sudah tidak asing lagi dan mereka kerap tampil dalam acara-acara musik baik live maupun di stasiun televisi nasional.

Meski begitu, kelompok musik yang terdiri dari Noe (vokal), Ari (bas), Agus Patub (gitar), dan Dedi (drum) merasa popularitas sebenarnya bukan tujuan akhir mereka. Mereka mengistilahkannya sebagai: kemunculan Letto sesuai dengan waktu yang tepat. Penampilan perdana Letto ditengah ketatnya persaingan di antara grup musik baru memang bukan hal yang kebetulan. Namun, sudah dirancang dengan konsep yang matang karena Letto memiliki keunikan lain dibanding kelompok musik lainnya. Selain tidak selalu terpaku kepada satu jenis aliran musik, mereka juga memiliki kekhasan dalam corak lagunya.

Lagu-lagu yang dibuat Letto diupayakan untuk selalu menangkap emosi yang berbeda. Keunikan Letto tak hanya dari warna musiknya, tapi juga bisa ditengok dari sejarah berdirinya kelompok musik ini, yang juga berlainan dengan jalur biasanya. Didirikan pada 2004 silam, cikal bakal Letto berawal dari pertemanan masing-masing personelnya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Anehnya, mereka berkumpul bukan untuk bermain musik tapi untuk berteater. Kemudian mereka memberi nama grupnya ini dengan sebutan Letto yang secara harfiah sebenarnya tidak ada artinya sama sekali. Letto lebih diidentikan dengan proses perjalanan berdirinya grup musik ini.

Kiprah mereka di dunia teater kemudian berlanjut dengan keterlibatannya dengan kelompok Kyai Kanjeng pimpinan budayawan Emha Ainun Najib. Kendati begitu, proses perjalanan musik Letto tidak serta merta mengikuti aliran musik Kyai Kanjeng. Namun mereka tidak memungkiri adanya warna musik Kyai Kanjeng yang diadopsi, terutama musik-musik Jawa kuno dengan corak slendro dan pelog yang dipadukan dalam permainan instrumen modern. Sejak didirikan, Letto memang memiliki prinsip untuk selalu terbuka dengan kehadiran beberapa corak musik.

Thursday, August 03, 2006

Letto For Jogja

Bencana 27 Mei yang melanda Jogja membuat banyak pihak terketuk untuk ikut membantu, tidak terkecuali dengan group band yang ada di Indonesia.Salah satunya adalah Letto. Group asal Jogja ini kemarin (14/06) menggelar konser mereka yang bertajuk "Letto for Jogja", bertempat di Hugos cafe Jogjakarta.

Dengan mengenakan pita hitam yang bertuliskan "4 Jogja", band yang digawangi oleh Noe cs ini sebenarnya naik ke atas panggung tepat pada saat pergantian hari yaitu pukul 00.00 wib. Membawakan sejumlah hits mereka dari album pertama mereka, penampilan mereka malam itu mendapat sambutan yang cukup baik.
Sebagai pembuka, "No One Talk About Love Tonight" dipilih. Lagu dengan beat yang cukup menghentak ini mampu menjembatani suasana yang sebelumnya dipenuhi dengan lantunan House Music khas Hugos.

Kemudian disusul berurutan dengan "Truth,Cry and Lie","I'll Find Away", serta "Ruang Rindu". Disela-sela lagu sesekali sang Vokalis berkomunikasi dengan para pengunjung, tentu saja dalam rangka untuk ikut peduli dengan Gempa Jogja.
"Sandaran Hati","U and I" merupakan tembang-tembang selanjutnya yang dihadirkan.

Sempat mengajak para pengunjung untuk ikut bernyanyi bersama di lagu "U and I", dan diulangi kembal ada lagu penutup "sampai nanti sampai mati".
Meski tidak terlalu dipedati oleh para pengunjung, namun secara keseluruhan acara malam itu bisa dibilang cukup sukses.
Sukses buat Letto .

(oleh agung, 14 June 2006, sumber: band1t.com, gambar: band1t.com)

Wednesday, July 26, 2006

Musik Pelangi Nidji, Modern-Etnik Letto

Republika, Minggu, 23 Juli 2006 17:15:00

Setelah Samsons menjulang, kini giliran Letto dan Nidji yang tampil unjuk kebolehan bermusik. Bernaung di bawah bendera perusahaan yang sama, mereka tampil dengan ciri tersendiri dan berbeda. Nidji hadir dengan musik pelanginya yang mereka sebut alternatif modern dan Letto yang mengawinkan nada-nada pentatonik gamelan dengan musik modern. Keunikan itulah yang membuat Letto, grup band asal Yogyakarta dan terbentuk pada akhir 2004 ini dengan personel Noe (vokal/kibor), Patub (gitar), Arian (bass), dan Dedi (drum), berkibar.
Awalnya, Letto diperkenalkan dalam album kompilasi Pilih 2004 lewat single I'll Find A Way. ''Mereka menawarkan musik yang beda dari yang selama ini pernah ada di Musica,'' ucap A & R (artist & repertoire) Musica Studio's, Anasthasia Sadrach, dalam sebuah rilis.
Inilah yang membuat Musica Studio's, perusahaan rekaman yang kini menaungi Letto, memberi kesempatan untuk merilis album utuh yang diberi titel Truth, Cry, and Lie. Ternyata, album yang beredar pada akhir Februari 2006 ini langsung terjual lebih dari 75 ribu keping dan kini penjualan albumnya telah mencapai angka 100 ribu kopi lebih. ''Sebagai pendatang baru Letto cukup sukses. Letto berhasil menawarkan musik yang berbeda,'' ujar Indrawati Widjaja, bos Musica Studio's.
Bu Acin, sapaan akrab Indrawati, melihat Letto memiliki warna musik yang beragam serta juga memasukkan unsur musik tradisional dengan corak slendro dan pelog dalam permainan instrumen modern. Di tengah ketatnya persaingan grup musik, lanjutnya, penampilan Letto dirancang dengan konsep yang matang dengan memiliki keunikan. ''Selain tidak selalu terpaku kepada satu jenis aliran musik, mereka juga memiliki kekhasan dalam corak lagunya yang berbeda,'' ujarnya.
Bu Acin melihat, kelebihan lain album Truth, Cry, and Lie adalah kehadiran lirik lagu bahasa Inggris yang lebih dominan. Lirik-lirik lagu puitis tersebut, termasuk yang berbahasa Inggris, seluruhnya ditangani oleh Noe, sang vokalis. Semua itu, kata dia, mengalir secara spontan dan alami. ''Kami ini anak desa, tidak pernah berpikir yang muluk-muluk. Semua mengalir sesuai dengan kata batin,'' ucap putra budayawan Emha Ainun Nadjib ini.
Dia mengakui sebagian besar terinspirasi dari pengalaman pribadi. Sedangkan untuk aransemen musik dikerjakan mereka bersama-sama. Tak heran jika masing-masing memberi pengaruh dalam setiap lagu. Alhasil, akan terasa sedikit ramuan dari rock ala Led Zeppelin, J-rock ala Kitaro, punk rock, bahkan psikadelik. Ramuan unik itu setelah berpadu terasa begitu easy listening.
Untuk yang penasaran dengan arti kata Letto, Noe yang bernama asli Sabrang Mowo Damar Panuluh itu mengungkapkan bahwa Letto secara harfiah sebenarnya tidak ada artinya sama sekali. ''Yang terpenting itu dalam bermusik haruslah jujur dan penuh cinta,'' ujarnya.
Dalam bahasa Jepang, Nidji berarti pelangi. Nama inilah yang dipakai oleh enam anak muda --Giring (vokal), Rama (gitar), Ariel (gitar), Randy (kibor), Andro (bas), dan Andri (drum)-- untuk grup band mereka yang resmi berdiri sekitar Februari 2002.
''Soalnya kalau dilihat-lihat, latar musikalitas kami tuh beda-beda. Ada yang metal, new wave, britpop macam U2 atau Radiohead, bahkan jazz. Udah kayak pelangi. Makanya, nama itu yang kami pakai,'' jelas Ariel, sang gitaris.
Sekitar akhir 2004 talenta Nidji dilirik oleh seorang produser musik independen. Di tangannya, mereka sempat merilis mini-album berisi dua lagu. Cuma dicetak sekitar 500 keping, mini album berbahasa Inggris itu ternyata laris manis. Singel Heaven pun sempat jadi jawara di chart independen beberapa radio swasta beken di Jakarta.
''Heaven buat kami tuh ibarat cerminan enerjinya Nidji. Almost perfect deh dari segi lirik maupun musik. Kami selalu enjoy maininnya,'' ungkap Rama, gitaris yang juga menjadi penyiar di sebuah radio swasta di Jakarta.
Lagu ini pula yang akhirnya menghiasi album perdana mereka Breakthru. Dalam album itu, mereka memasukkan beraneka aliran musik. ''Kami mengusung konsep musik alternatif modern yang memadukan unsur-unsur musik beragam, seperti rock, pop, progresif, dan funk,'' ungkap Giring.
Nidji mengusung beberapa tren musik yang cukup akrab. Diakui Giring, grup-grup band yang secara tidak langsung memengaruhi dan menjadi inspirasi terhadap corak musik Nidji antara lain L'Arc-en-ciel, Coldplay, Goo Goo Dolls, U2, Radiohead, Smashing Pumpkins, The Verve, Dave Matthews, The Killers, dan Keane. ''Kami memang terpengaruh dengan band-band asal Inggris. Salah satunya Coldplay. Tapi, tentu saja kami tidak ingin meniru, apalagi menjadi seperti mereka,'' ungkap Giring yang berambut kribo ini.
''Nidji sangat merefleksikan warna musik mereka yang beragam serta berbeda satu sama lain, namun bisa membiaskannya dalam satu warna musik,'' ujar Bu Acin ini saat peluncuran album perdana Nidji beberapa waktu lalu di Jakarta. Diungkapkan Bu Acin, album Breakthru tidak hanya beredar di Indonesia dengan single andalan lagu Sudah, tapi juga album Breakthru versi Inggris dengan lagu andalan Child yang beredar di Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Korea, dan Jepang.
''Baru-baru ini Nidji tampil di Malaysia dalam rangka mempromosikan album baru mereka tersebut. Dan, rencananya juga akan tampil di Singapura, Filipina, Thailand, Korea, dan Jepang. Hal ini merupakan langkah yang diambil untuk melebarkan sayap di kancah musik dunia,'' ungkap Bu Acin. Kini, Nidji boleh berbesar hati. Kabarnya, album perdana mereka telah mencapai angka penjualan kurang lebih 150 ribu kopi. (ruz )

Sumber:
Republika

Friday, July 21, 2006

Kolaborasi Romantis Nidji, Letto & Kerispatih

Lirik Sampai Nanti, Sampai Mati, sangat multi interpretatif -- bisa ditafsirkan sebagai lirik cinta, patah hati, persahabatan, bahkan tentang Tuhan -- dan sarat dengan pesan positif.
Pelaku industri rekaman paham benar prinsip ini; sukses sebuah band ―entah itu baru atau lama― tidak bisa diramalkan. Hitung-hitungan seilmiah apa pun juga tak bakalan sanggup menebak keberhasilan sebuah band.

Pun ketika Nidji menjejakkan tanahnya di industri musik lokal. Tak ada satupun yang berani meramal mereka bakal sukses. Status mereka sebagai pendatang baru makin membuat masa depan mereka susah ditebak. Tapi, lihatlah, dalam beberapa bulan terakhir nyaris semua penikmat musik di Indonesia, menyebut nama band yang digawangi Giring (vokal), Rama (gitar), Ariel (gitar), Randy (kibor), Andro (bas), dan Adri (dram). Musik Nidji yang mirip-mirip Coldplay, The Killers, Keane ―karena ini mereka kerap ditudingimitator― rupanya disambut hangat publik. Jangan heran kalau saban hari band asal Jakarta ini muncul di berbagai stasiun teve. Di layar gelas, dengan penuh semangat band ini mendendangkan hit Child atau Sudah.

Tak cuma di teve, di radio mereka pun berjaya. Tembang besutan Nidji punya frekuensi air play yang tinggi. Child dan Sudah pernah bergantian merasakan nikmatnya berada di puncak tangga lagu berbagai stasiun radio. Ada lagi. Nidji, kini termasuk salah satu band yang punya frekuensi manggung nan padat. Bagaimana dengan penjualan album? “Sampai saat ini album kami sudah dapat penghargaan gold ―penghargaan ini diberikan bila sebuah penyanyi band meraih angka penjualan 75.000 keping-- Lumayanlah, paling tidak kami sudah berada di wilayah aman sekarang,” ujar Rama. Catatan prestasi bisa dibilang luar biasa mengingat mereka belum seumur jagung masuk dalam industri rekaman.

Nidji ―yang diambil dari kosa kata Jepang Niji, yang berarti pelangi― terbentuk tahun 2002 lalu. Band ini terbentuk karena sering nongkrong di studio musik salah satu personelnya, Andro. “Dari sekian banyak musisi yang kumpul di sana, cuma kami berenam yang punya satu visi. Kami lalu sepakat membentuk Nidji,” ucap Ariel. Seperti band kebanyakan, Nidji kepengin punya album rekaman. Mereka lalu berinisiatif menyebarkan demo rekaman ke berbagai perusahaan rekaman. Tapi hasilnya nol besar. Tak satupun perusahaan rekaman yang mau merekrut mereka.

Lantaran tak juga mendapat respon dari perusahaan rekaman, mereka memberanikan diri membuat album yang diproduksi dan dirilis secara independen. “Tahun 2004 akhir kami merilis mini album. Isinya dua lagu, Heaven dan Child. Kami lempar 500 keping ke pasaran, album ini habis,” bilang Rama. Bakat besar Nidji tercium Musica Studio. Suatu kali ketika tampil di EX Plaza ―band ini kerap tampil di pusat perbelanjaan ini― penampilan mereka dilihat Indrawati Widjaya, atau akrab dipanggil Bu Acin, pemilik perusahaan rekaman Musica Studio's. “Waktu kami manggung, bu Acin kebetulan lewat lihat kami. Dia melihat kami sebanyak dua kali. Ia lalu mengirimkan orang. Kami lalu disuruh bikin demo rekaman,” cerita Giring. Lalu pada Juli 2005, mereka menandatangani kontrak dengan Musica's Studio.

Pengalaman pertamakali rekaman dan sukses, juga dialami Kerispatih. Lewat album Kejujuran Hati, band yang digawangi Sammy (vokal), Badai (piano, synthesizer), Andika (bas), Arief (gitar) dan Anton (dram). Singel album ini ―yang berjudul Kejujuran Hati-- mengena di hati publik. Maklum lagu ini memenuhi berbagai syarat buat diterima kuping di sini. Tempo medium dengan lirik romantis plus vokal renyah Sammy membuat lagu ini cepat diterima. Cuma bermodalkan hit Kejujuran Hati, Kerispatih melambung. Album debut Kerispatih sukses berat. Sekitar 300 ribu keping sudah ludes terjual. Ini angka yang tak pernah dibayangkan personel band ini. “Kami nggak pernah menyangka bisa menjual album sebanyak itu. Kalau ditanya apa rahasianya? Menurut saya lantaran musik romantisme yang kami usung. Jujur saja tembang bernapaskan romantisme, sangat digemari. Bisa jadi, inilah alasan kenapa banyak yang membeli album kami,” ujar Sammy yang pernah menjalin hubungan cinta dengan Nania Indonesian Idol. Bermodalkan awal yang cukup sukses, Kerispatih kini tengah menggarap album kedua yang juga bernapaskan romantisme. Album ini akan diluncurkan September-Oktober 2006, seusai tur di beberapa kota dan juga negara. Belajar dari pembuatan album pertama yang digarap dua minggu di studio rekaman, Sammy ingin pembuatan album kedua lebih matang. “Kami menanamkan prinsip: jangan pernah merasa puas. Yang pasti setiap hal ada kekurangan,” ujarnya. Sammy yang bernama lengkap Hendra Samuel Simorangkir itu menuturkan, album kedua nanti diisi dengan format musik yang lebih dewasa. Genre pop groovy yang dianut band yang semua personelnya jebolan Institut Musik Indonesia (IMI) akan tetap ditekuni dengan irama yang lebih tinggi.

Band lain yang bisa dibilang dapat atensi di album perdananya adalah Letto. Album debut band asal Yogyakarta ini, Truth, Cry, And Lie sampai kini telah terjual lebih dari 75.000 keping. Sukses band yang digawangi Noe (vokal) Patub (Guitar), Dedi (dram, perkusi), dan Arian (bas) ini jadi pembuktian, band asal Yogyakarta masih bisa berbicara banyak di kancah musik lokal. Sukses band ini terdongkrak setelah melempar singel Sampai Nanti, Sampai Mati. Tembang Sampai Nanti, Sampai Mati amat simpel dan mudah dicerna kuping. Kalau disimak, lagu ini punya keistimewaan. Ada nada-nada pentatonis yang cukup unik.Lirik Sampai Nanti, Sampai Mati, sangat multi interpretatif -- bisa ditafsirkan sebagai lirik cinta, patah hati, persahabatan, bahkan tentang Tuhan -- dan sarat dengan pesan positif. Band ini makin diperhitungkan setelah merilis singel Sandaran Hati dan Ruang Rindu. Maklum, lagu dengan tempo medium ini sangat klop dengan selera kuping penggemar musik lokal.

Meski album perdana mereka disambut gempita, Nidji, Letto, dan Kerispatih masih perlu pembuktian lebih supaya bisa menyejajarkan diri dengan band lain yang lebih dulu mapan. Buat jadi band mapan selain butuh waktu, ketiga band ini harus terus membuat karya yang apik.

Sumber:
bintang-indonesia.com

Tuesday, July 18, 2006

Konser XL & Hugo's Cafe: Sampai Mati Bersama Letto

Bisnis.com, 05 Jul 2006 04:35 wib

"Operator seluler yang sangat peduli dengan anak muda ini jumat malam lalu memanjakan para pelanggan setianya. Para pengguna kartu Bebas disuguhkan mini konser grup band Letto, bertempat di salah satu tempat pesta terkenal di Kota Pekanabaru, Hugo's Cafe. Group band yang terkenal dengan hitsnya 'Sampai Nanti Sampai Mati' memukau penonton yang tidak sabar menantikan kehadirannya malam itu."

Grup band yang sudah tidak asing lagi dan kerap tampil dalam acara-acara musik baik live maupun di stasiun televisi nasional ini membuka konser malam itu dengan cara yang berbeda pada setiap konser pada umumnya. kelompok musik yang terdiri dari Noe (vokal), Ari (bas), Agus Patub (gitar), dan Dedi (drum), tidak secara berbarengan tampil ke atas panggung, Noe tidak tampak menyapa penggemarnya malam itu, hal ini membuat suasana histeris dari beberapa orang penggemar. Mereka mencari dimana sang vokalis ini berada.

Tidak lama setelah itu, Noe yang juga anak kandung dari budayawan Emha Ainun Najib ini muncul dari kerumunan penonton. Berbagai lagu romantis dari album 'Truth, Cry and Lie' mengalun menyapa penonton malam itu.

Penampilan Letto ditengah ketatnya persaingan grup musik baru memang bukan hal yang kebetulan. Namun, sudah dirancang dengan konsep yang matang karena Letto memiliki keunikan lain dibanding kelompok musik lainnya. Selain tidak selalu terpaku kepada satu jenis aliran musik, mereka juga memiliki kekhasan dalam corak lagunya.

Lagu-lagu yang dibuat Letto diupayakan untuk selalu menangkap emosi yang berbeda. Keunikan Letto tak hanya dari warna musiknya, tapi juga bisa ditengok dari sejarah berdirinya kelompok musik ini, yang juga berlainan dengan jalur biasanya. Didirikan pada 2004 silam, cikal bakal Letto berawal dari pertemanan masing-masing personelnya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Anehnya, mereka berkumpul bukan untuk bermain musik tapi untuk berteater. Kemudian mereka memberi nama grupnya ini dengan sebutan Letto yang secara harfiah sebenarnya tidak ada artinya sama sekali.

Letto lebih diidentikan dengan proses perjalanan berdirinya grup musik ini. Kiprah mereka di dunia teater kemudian berlanjut dengan keterlibatannya dengan kelompok Kyai Kanjeng pimpinan budayawan Emha Ainun Najib. Kendati begitu, proses perjalanan musik Letto tidak serta merta mengikuti aliran musik Kyai Kanjeng. Namun mereka tidak memungkiri adanya warna musik Kyai Kanjeng yang diadopsi, terutama musik-musik Jawa kuno dengan corak slendro dan pelog yang dipadukan dalam permainan instrumen modern. Sejak didirikan, Letto memang memiliki prinsip untuk selalu terbuka dengan kehadiran beberapa corak musik.

(Sumber: Tabloid Bisnis)

Konser Optimisme Cinta di Tulungagung

Radar Tulungagung, Rabu, 28 Juni 2006

Satu lagi grup papan atas menyapa music lovers Tulungagung, Letto. Grup band asal Kota Gudeg, Jogjakarta, itu dua malam lalu tampil romantis di hadapan penggemarnya di Hall Yudistira Barata.

Setidaknya, 12 lagu dikumandangkan Letto untuk memuaskan publik yang belakangan ini haus dengan kedatangan grup musik yang sering menghiasi layar kaca. Sekitar 500 lebih pasang mata lebih menyaksikan penampilan grup yang baru saja tampil di Sentul, Bogor itu.

Sejak pukul 19.00, penggemar sudah berada di mulut panggung. Mereka menunggu konser bertajuk Optimisme Cinta with Letto kerja bareng A Mild Live Production bersama
Jack Production itu.

Sebelum Letto melantunkan lagunya, terlebih dulu beberapa band lokal tampil menunjukkan kebolehannya. Seperti Yussel Band, Nu Deep Band dan lain sebagainya. Tembang bernuansa rap dan rock serta romantis menjadi ciri khas band-band tersebut. Tepat pukul 21.00, enam cowok berjalan di tengah-tengah kerumunan penonton. Salah satunya pemuda berambut gondrong berbaju jins biru yang ternyata bernama Noe. Dia langsung menyapa dengan lagu berjudul No One Talk Ab’ Love To Nite. Ya, lagu tersebut memang milik Letto yang menjadi hits single-nya. Cabikan Arian (bass) dan lentikan jemari Patub (melody) menjadikan suguhan Letto benar-benar istimewa, belum lagi hentakan bunyi drum, Dedi membuat hall seakan bergetar. Lighting dan penataan panggung juga menjadi keunggulan sendiri. Dua personel tambahan juga tak lupa diusung, Cornel (rithym) dan Uta (keyboard).

Lagu-lagu lain yang disuguhkan; Truth Cry and Lie, Sebenarnya Cinta, Ruang Rindu dan lain sebagainya. Kepandaian Noe membawakan lagu, menjadi magnet sendiri penampilannya di Kota Marmer ini. Terlebih ketika melantunkan lagu Sandaran Hati yang memang menjadi ciri khas Letto. Noe-pun tak banyak mengeluarkan tenaganya, pasalnya penggemarnya sudah dulu menghafal lagu yang tak asing lagi di telinga kaum muda. "Tulungagung, alangkah indahnya. Memberi nuansa sendiri bagi saya," kata Noe yang disambut dengan jeritan penggemarnya. Kurang lebih dua jam, Letto tampil di panggung. Sebagai lagu pamungkas, dikumandangkan Sampai Nanti Sampai Mati. (ziz)

(Sumber:
Radar Tulungagung)

Sekarang harus Sering mandi

Jawa Pos, Kamis, 13 Juli 2006.

Di tengah maraknya kemunculan band baru, nama Letto termasuk berhasil mencuri perhatian. Debut album perdana bertajuk Truth, Cry, and Lie sudah terjual 75 ribu keping sejak diedarkan Desember tahun lalu. Grup beranggota Dedy (drum), Noe (vokalis), Patub (gitar), dan Arian (bas) itu optimistis penjualan masih akan meningkat.

Terlebih, saat ini mereka baru saja merilis single ketiga, Ruang Rindu menyusul Sampai Nanti Sampai Mati dan Sandaran Hati. "Mudah-mudahan setelah peluncuran single ketiga, penjualan album bisa terus meningkat," ujar Noe saat bertandang ke Gedung Graha Pena Jakarta kemarin.

Nama Letto sendiri, dijelaskan Noe, tidak memiliki arti khusus. "Nama ini sebagai identitas. Banyak orang yang mencari arti dari nama sebuah band. Tapi, kami mencoba memberi arti untuk nama band kami yang tidak punya arti," jelas pria berambut gondrong itu.

Soal konsep, tutur Noe, band yang mulai terbentuk pada April 2004 itu tidak menetapkan aliran musik tertentu. "Kesukaan musik kami beda-beda. Ada yang suka, alternatif, jaz, malah ada juga yang nge-punk. Tapi, dari orang yang ngedengerin sih, musik kami Insya Allah pop," katanya.

Keempat pemuda itu menjalin persahabatan sejak masih duduk di bangku SMA. Kini setelah mulai dikenal banyak orang, mereka mengaku tidak mengalami perubahan yang mencolok.

"Paling kalau lagi di tempat umum, ada yang kenal sama kami. Tapi, yang paling terasa sih, kami jadi lebih sering mandi," kelakar Dedy yang disambut tawa teman-temannya. "Soalnya, kalau mau show, mandi. Mau pemotretan, mandi lagi. Begitu seterusnya," sambungnya.

Tidak sedikit band yang diawali pertemanan, namun karena ada ketidakcocokan dalam produksi, akhirnya berselisih atau malah pecah. Namun, Letto berharap kejadian itu tidak menimpa mereka.

"Band ini bagian kecil dari pertemanan kami. Jadi, kami bukan berteman karena band. Kalaupun satu saat nanti band ini bubar, kami tetap jadi teman," tandas Noe. (rie)

(sumber:
Jawa Pos)

Monday, July 17, 2006

Letto Mulai Unjuk Gigi.

Matahari makin condong ke arah barat. Langit tertutup arak-arakan warna hitam. Di ujung lapangan basket milik stasiun RCTI, empat pemuda sedang asyik lengak-lenggok. Puluhan pasang mata hampir tak berkedip merekam kejadian demi kejadian. Beberapa fotografer juga tak mau kalah berpacu mengabadikan pose-pose empat pria tersebut dalam frame kameranya. Merekalah para personil Letto, grup band asal Jogja yang beranggotakan Noe (Vokal, kibor), Patub (Gitar), Araimn (Bas) dan Dedy (Drum, Perkusi).

Apalah arti sebuah nama. Kalimat itu mungkin paling pas untuk menggambarkan grup band Letto yang mulai merangkul hati pecinta musik tanah air ini. Menurut mereka, pemilihan nama untuk grup hanya kebutuhan identitas. Karena itu mereka memilih nama yang simple dan tak perlu yang susah-susah. "Pas bangun tidur, tiba2 kok ketemu nama Letto, Persisnya April 2004," tukas Noe sang vokalis.

Awal terbentuknya vokalis Letto menurutnya bermula dari pertemanan antara Noe, Patub dan Arian yang ketiganya merupakan satu sekolahan di SMA 7 Jogja dan lulus tahun 1997. Sedangkan Dedy baru menyusul kemudian karena kebetulan dia adik kandung Patub.

Magnet perkawanan empat pemuda itu semakin mengental saat diserahi mengelola studio recording Geese di Yogyakarta. Di studio itu mereka bergelut dengan musik hingga mereka paham sekali proses mixing, mastering dan memproduksi musik.

Sebelum bermain band, mereka sebetulnya lebih akrab dengan musik-musik tradisional. lantas Musica kemudian menawari mereka untuk membuat album sendiri. "Setelah mendapat tawaran dari Musica, kit akaget, bersyukur, buat band dan baru buat nama." ujar Patub. Jarak antara masuk kompilasi Pilih 2004 dengan album Letto kurang lebih satu tahun. Waktu satu tahun itu dimanfaatkan personil Letto untuk mengumpulkan materi-materi lagu. "Kebetulan anak-anak Letto memang suka berkutat dengan musik. Makanya sudah punya bayangan sehingga mempermudah mengumpulkan materi," sambar Arian.

Sebetulnya mereka berangkat dari latar belakang musik yang berbeda-beda. Arian suka dengan Punk dan Jazz, Dedy memilih model musik anak muda jaman sekarang Top Forty, Alternative. patub suka musik tahun 70-an. Sedang Noe sendiri lebih patuh pada ilustrasi musik New Age, instrumental. Makanya personil Letto menyepakati konsep musik yang demokratis dan tak ada yang menganggap dirinya dominan. "Kita satu sama lain tidak mau memaksakan karakter musik masing-masing. Semuanya diberikan ruang kreasi," ujar Dedy.

Untuk penggarapan lagu, mereka tak perlu jauh-jauh menyepi ke gunung. Cukup mengambil realita kehidupan sehari-hari sudah sangat banyak untuk bisa ditulis dan bisa jadi sesuatu. "Memang dalam prosesnya, ada yang liriknya dulu, lalu konsep lagunya dulu. namun ada juga yang jalan bareng." jelas sang vokalis.

Untuk aransemen, mereka mengerjakan bersama-sama. Tak heran jika masing-masing membawa pengaruh dalam setiap lagu. Tak semuanya bukan asal bunyi. Apalagi didukung dengan vokal Noe yang melankolis tapi tidak cengeng. "Dasarnya melakukan semua ini karena kita bertanggung jawab terhadap kesempatan yang terbuka. Waktu itu niat untuk bermain musik memang menggebu, tapi belum ada bayangan untuk masuk industri," celetuk Patub.

Separuh album Letto memang berbahasa Inggris. Namun mereka menegaskan kalau ini sebenarnya bukan gaya-gayaan. "Ini adalah kreativitas jujur yang mengalir," tukas Noe. bahkan dalam musik mereka, terselip khasanah etnik yang dikawinkan dengan permainan instrumentmodern. Hasilnya sebuah karakter musik yang beda, namun tetap enak untuk dinikmati. "Kita tak membuat perbedaan, tapi membiarkan perbedaan itu muncul. Karena pada dasarnya setiap manusia beda," lanjut Noe.

Jika menyimak lagu Sampai Mati, Sampai Nanti yang menjadi single pertama album Letto, lagiu itu bertutur tentang sikap optimistis menghadapi hidup. Walau begitu, mereka tidak mau menjadi pengkhotbah. Lirik-lirik puitis dalam lagu Sandaran hati, U&I, Insensitivr dan No One Talk About Love bergaya puitis. Semua digarap oleh Noe. "Kami anak ndeso. Tidak pernah berfikir yang muluk-muluk. Semua mengalir dengan kata bathin," katanya.

(Sumber: Genie)

Profil Letto: Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe)

Noe, Menganggap Cak Nun Sebagai Teman Ketimbang Ortu.

Kata demi kata, kalimat demi kalimat menyembur dari mulut basah pemuda bercelana Jeans yang sobek-sobek dari pangkal paha hingga menyentuh mata kaki ini. Sesekali bahasanya beraroma sastra. Lain kali terdengar begitu teoritis dan matematis. Namun tak jarang ia mengumbar plesetan dan canda ria dengan logat jawanya yang begitu kental. Jari-jari tangan kanannya menjepit sebatang rokokputih. Sosok ini tak lain adalah Sabrang Mowo Damar Panuluh alias Noe, vokalis grup band Letto yang tengah merangkak naik.

Ternyata, vokalis grup band ini adalah putra budayawan Emha Ainun Najib hasil perkawinannya dengan Neneng. Rupanya gaya pendidikan Cak Nun (panggilan Emha) begitu membekas terhadap anaknya. Saat berbincang, Noe menyebut ayahnya dengan inisial CN (kependekan dari Cak Nun).

"Sejak kecil hingga sebesar ini, belum pernah dia memerintah harus begini atau begitu. Dia selalu mengajarkan dasar pemikiran yang jelas. Segala sesuatu harus mulai dengan. Mau main hujan aja harus tau alasannya apa," papar lelaki berzodiak Gemini itu.

Menurutnya CN membekali banyak hal, termasuk mendekatkan dirinya pada Tuhan. Tapi jangan bayangkan budayawan mbeling itu menyuruh anaknya Sholat, ngaji atau perintah-perintah akhirat yang sejenisnya.
"Untuk urusan spiritual, CN mengajari saya bagaimana menjadikan Tuhan sebagai teman. Misalnya saat melihat rumput yang tumbuh. CN mengatakan itu bukan saja proses alam, melainkan proses Tuhan juga ada di situ" tukas penyuka makanan Sushi ini.
"CN mengajarkan bagaimana hidup dan memahami masalah. Ibarat komputer, CN bukan memberi data, tapi membentuk processor. Sehingga apapun yang masuk menjadi jelas karena processor-nya jelas. Makanya saya lebih menganggap CN sebagai teman dari pada sebagai orang tua," lanjutnya.

Sejak kecil Noe, tinggal di Metro daerah Lampung. Saat menginjak umur 6 tahun, orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Noe menjadi korban broken home? Ternyata tidak. Memang alumnus SD 1 Yosomulyo, Lampung itu sempat bertanya-tanya tentang hubungan kedua orang tuanya. Sehingga wajar ketika Noe kecil makin sering diskusi dengan CN. Untungnya CN bisa menggiring anaknya untuk percayaakan keputusan cerai terhadap istri pertamanya.

"Saya tidak menerima itu sebagai suatu perpisahan. Karena CN sering datang ke lampung. Hubungan mereka tetap seperti saudara. sampai sekarangpun tetap baik," kata alumnus SMP Xaverius Metro Lampung ini. Noe mengaku tidak merasa punya pengalaman traumatis kehancuran bahtera rumah tangga kedua orangtuanya. Dia melihat itu dengan jernih dan menganggapnya sebagai keputusan logis, bukan emosional semata.
"Yang terbaik emang seperti itu. kalaupun mereka pisah saya nggak merasa kehilangan apapun," terang anak pertama dari empat bersaudara ini.

Setelah lulus SMP, Noe memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Jogja. Tahun 1998, kemudian Noe melanjutkan jenjang pendidikannya ke University of Alberta, Kanada dengan mengambil konsentrasi bidang Matematika. Namun rupanya, kakak dari Haya, Obal dan Rampak ini belum puas. Selain itu, karena otaknya yang eamng terbilang encer, Noe menambah konsentrasi di bidang lain yakni Kimia. Selain itu di negeri bule itu, Noe belajar tentang musik teknologi.

Tahun 2004, vokalis yang bercita-cita ingin memiliki pusat riset ilmu pengetahuan ini kembali ke tanah tampah darahnya.
"Ide-ide tentang ilmu yang dulu saya pelajari di Kanada tak kumpulin di HP. Entah kapan punya kesempatan untuk merealisasikan ide itu." tandas cucu dari Pak kami dan Bu Kami ini.

Noe mengaku sebenernya ia bukan orang yang punya talent di dunia musik dan hanya sebatas suka mendengarkan musik. Sebelumya ia lebih enjoy menjadi sosok di belakang layar dari pada tampil di atas hiruk-pikuk panggung. Semuanya bermula ketika pamannya memberikan kaset bekas kumpulan lagu-lagu Queen. Saat itu dia masih duduk di bangku SMP. Setelah mendengarkan berulang kali, akhirnya dia punya pikiran bagaimana membuat musik yang bisa menggerakkan rasa dan menggerakkan perasaan orang lain. Mulailah Noe bersentuhan dengan keyboard, alat yang pertama ia sentuh.

"Sebenernya aku gak iso nyanyi. Karena kebetulan saat bikin lagu, tidah ada yang nyanyi. jadi sebenernya terpaksa. lantas kemudian ketika memasuki wilayah industri, harus nyanyi," canda pria kelahiran 10 Juni 1979 ini. Sebagai tempat pelampiasan bermusik, Noe memanfaatkan studio Kyai Kanjeng, grup musik milik ayahnya sebagi tempat praktiknya. Kreasi hobinya tak sia-sia. Lagu-lagu yang sekarang ngetop dibawakan Letto merupakan hasil kreativitasnya.
"Dari studio Kanjeng, saya bisa ngerti bagaimana mixing, mastering dan memproduksi musik," ungkap anak tiri bintang sinetron Novia Kolopaking itu.

Seiring dengan berjalannya waktu, penyuka aktor Morgan Freeman ini meyadari akan segala kekurangan skill-nya di ranah musik. Tuntutan belajarpun mulai menggelisahkan dirinya. Penggalian bakat mulai dilakukan dengan lebig serius. Beruntung Noe tipe orang yang tak malu-malu bertanya dan belajar.
"Saya belajar kepada ibu Bertha. Menimba ilmu dengan siapa saja. Malah kalo ketemu Rendra, saya banyak belajar dari dia bagaimana mengangkat performance di atas panggung," akunya.

Saat ditanya tentang keterlibatan dengan narkoba, Noe menjawab seperti diplomat ulung, "Semua orang tau bahwa api itu panas. Apa perlu membuktikan sendiri kalo api itu panas. Begitu juga narkoba. saya sudah melihat sendiri bagaimana efek yang ditimbulkan narkoba," katanya.

Noe pun kini merasa senang dengan respons masyarakat terhadap karya dirinya dan teman-temannya di grup band Letto. Tapi ia tak mau semua itu nantinya malah akan mengubah siapa mereka sebenarnya.

Nama Lengkap: Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe)
Tanggal Lahir: Jogjakarta, 10 Juni 1979
Posisi: Vokalis dan Keyboard
Musik Fave: Queen, Yani, Kitaro
Sekolah: SD 1 Yosomulyo Lampung, SMP Xaverius Metro Lampung, SMA 7 Jogja, University of Alberta Kanada
Friendster: http://www.friendster.com/user.php?uid=1628387
Mobile: +6281227xxxxx

(Sumber: Genie, photo: Tam)

Friday, July 14, 2006

Foto-Foto Musik Special SCTV

Noe Letto & Giring Nidji

Letto @ Sandaran Hati


Letto @ Sampai Nanti Sampai Mati


Letto @ Ruang Rindu


Letto @ I'll Find A Way


Kolaborasi Nidji, Letto & Kerispatih

Nidji

Foto-foto lain menyusul ya.... nanti boleh ditengok di SINI

Thursday, July 13, 2006

Musik Spesial SCTV: Bicara Cinta Bersama Letto, Nidji & Kerispatih


SAATNYA bicara cinta.
Tak cuma soal kebahagiaan, tapi juga kepedihan.
Malam nanti, tiga band baru yang tengah naik daun akan mengajak Anda menyelami arti cinta.
Ada Nidji dengan musik "pelanginya", Kerispatih yang akan melantunkan tembang classy-nya, dan musik Letto yang mengawinkan nada-nada pentatonik gamelan dengan musik modern.

Nidji. Meski terbilang anyar, grup yang mengusung konsep musik alternative pop ini ternyata sudah punya jadwal manggung yang sangat padat.
Tak mengherankan, mengingat performa Giring (vokal), Rama (gitar), Ariel (gitar), Randy (kibor), Andro (bas), dan Andri (drum) di atas panggung memang patut diacungi jempol.
Hebatnya lagi, gramatikal Inggris mereka begitu kaya.
Hingga label yang menaungi mereka berani merilis album debut ini dalam 2 versi: full-Inggris dan campuran Indonesia-Inggris.

Band yang juga terbilang pendatang baru adalah Kerispatih.
Grup yang 100% terdiri atas mahasiswa IMI ini memang beruntung.
Baru saja merilis album pertama bertajuk Kejujuran Hati, penggemarnya sudah melimpah.
Lagu band yang digawangi Sammy (vokal), Badai (piano, synthesizer), Andika (bas), Arief (gitar), dan Anton (drum) ini memang punya kekuatan, romantis dan classy.

Sementara, band lain yang dapat perhatian di album perdananya adalah Letto.
Sebenarnya mereka bukan band baru.
Sebelumnya Noe (vokal/kibor), Patub (gitar), Arian (bass), dan Dedi (drum) pernah masuk di kompilasi Pilih 2004 dengan menyodorkan tembang berbahasa Inggris I`ll Find Away yang mendapat sambutan cukup bagus.
Dan kini, mereka diberi kesempatan untuk merilis album utuh yang diberi titel Truth, Cry, and Lie yang ternyata sukses terjual lebih dari 75 ribu keping.

Lantas, seromantis apa kalau tiga band pendatang baru ini bicara cinta dalam satu panggung? Tunggu nanti malam, dan biarkan aksi mereka yang menjawabnya.

Profil Letto: Dedy Riyono (Dedy)

Cowok kelahiran Yogyakarta, 23 januari 1987 ini merupakan personel Letto yang paling muda. Iapun mengaku 'tercebur' ke jalur musik lantaran Patub, kakaknya yang merupakan gitaris Letto sering memutar lagu-lagu Queen di kamarnya.
"Kebetulan sejak kecil, aku memang sekamar sama Patub. Setiap hari, dia sering banget muterin lagu-lagunya Queen. Mungkin dari situ akhirnya aku juga suka musik." cerita Dedy.

Tentang keahliannya menggebuk drum, Dedy bercerita kalau itu bermula lantaran sejak TK, ia sudah mulai aktif mengikuti drumband di sekolahnya.

"Dulu tuh aku nggak mau masuk TK yang nggak ada drumband-nya. Waktu masuk SD jug abegitu. Sampai Kelas 2 SD, aku ikutan drumband. Setelah itu aku sudah mulai ikut-ikutan ngejams sama anak-anak Letto yang sekarang." cerita Dedy yang mengaku tidak pernah mengikuti sekolah formal khusus drum.
"Jadi memang otodidak aja. Mungkin karena aku sudah sering latihan drumband, jadinya tidak terlalu mengalami kesulitan," jelas putera kedua dari pasangan Muntarno dan Suryati ini.

Di luar kegiatan bermusiknya, Dedy kini tercatat sebagai mahasisiwa semester 2 Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Jurusan Advertising.

Namun lantaran jadwal manggung grup Letto semakin padat, Dedy mengaku kesulitan mengatur jadwal kuliahnya. "Wah pokoknya keteteran banget deh. Mungkin semester depan aku mau ambil cuti dulu. Soalnya sayang banget kalau ditinggalin," kata Dedy yang masih tetap tinggal di Yogya bersama teman-temannya itu.

Tentang alasannya memilih jurusan advertising, Dedy mengaku ingin berwiraswasta selepas lulus nanti. "Aku ambil jurusan itu karena aku ngeliat mungkin itu yang berpeluang paling gede buat berwiraswasta. Jadi kalu sudah lulus, aku sih kepinginnya bisa ngejalanin dua-duanya, bermusik dan berwiraswasta, " harap dedy

Anak seorang distributor besi baja di Yogyakarta ini mengaku, tidak ada yang berubah dalam dirinya semenjak ia dikenal banyak orang bersama grup letto. setiap pulang ke Yogya, Dedy masih sering nongkrong di angkringan, atau berkumpul dengan teman2 lamanya.

Hanya saja ia kerap digoda teman2nya bila sedang ngumpul.
"Kadang mereka yang ngeceng-in, ada artis ada artis...Akunya sih biasa aja karena mereka memamg nggak ada yang berubah. Ya, paling sekarang udah bisa ngebanyangin hidup sendiri aja dan tidak minta uang jajan sama orang tua lagi " Jelas pengagum Warkop DKI ini.

Namun, ada beberapa sifat yang menurut Dedy sangat mengganggu dan belum bisa dihilangkan dari dirinya, yaitu pelupa, pendendam dan plin plan " kalau pendendam, sekarang sudah mulai bisa diatasi. tapi kalau plin plan dan pelupa, itu masih berat. malah saking pelupanya, aku sampai lupa kalau aku ada ujian dikampus. untungnya, aku nggak pernah lupa manggung karena managerku banget ngingetin, " kata Dedy.

Nama lengkap: Dedy Riyono (Dedy)
Tanggal Lahir: Jogjakarta, 23 Januari 1987
Posisi: Drum
Sekolah: Advertising UMY Jogjakarta
Friendster: http://www.friendster.com/20775827
Email: iki_dhedot@yahoo.com
Mobile: +628564314XXXX

Tuesday, July 11, 2006

Profil Letto: Agus Riyono (Patub)

Personil Letto yang biasa disebut Patub ini mengaku sudah mengenal dunia musik sejak masuk TK di Taman Siswa Yogyakarta.
Terjun ke dunia Band dimulai sejak ia duduk di bangku SMP dan sering memainkan lagu-lagu milik Koes Plus.
Kemudian pengenalan akan musik berlanjut ke aliran rock seperti Scorpion, Queen dan Led Zeppellin.

Ketika bangku kuliah, cowok kelahiran 2 Agustus 1979 ini mengubah aliran musik lebih ke arah classic rock.
Ia juga mengaku sempat merasakan menjadi drumer, tetapi hanya sesaat.
Sebab lama kelamaan ia lebih fokus ke gitar sampai akhirnya bergabung di LETTO.
Patub mengaku belajar musik secara otodidak.
Sebenarnya, patub yang berperawakan kurus ini ingin sekolah formal dibidang musik agar bisa mengetahui teknik dan metode main gitar yang benar.
Hanya saja, keinginan sarjana pertanian UGM tersebut belum kesampaian lantaran sibuk show LETTO yang padat sekali.

Kini patub sibuk dengan kegiatan mengurus studio rekaman Geese Studio.
Tak hanya sekedar rekaman saja, tapi juga Geese studio menjadi base camp-nya LETTO di Yogyakarta dan sebagai tempat bertemu serta terbentuknya LETTO.
Patub pun sangat antusias dengan studionya karena bisa dijadikan pekerjaan sekaligus sebagai wadah menyalurkan hobbi.

" Sebenarnya studio itu punya orang. Sejak tahun 1999, kita latihan di Geese Studio. Letto terbentuk juga disana. Dan kita dituntut harus bisa dan mengembangkan bakat sampai mengoperasionalisasikan sistem studio mulai dari recording, mixing, hingga mastering studio. Tapi belakangan studio sempat terbengkalai karena kesibukan LETTO beberapa bulan ini, " jelas Patub yang awalnya bekerja sebagai operator studio dan sound engineer.

Nama Lengkap : Agus Riyono (Patub)
Sekolah : SD Tamanmuda, SMPN 2, SMAN 7, Pertanian UGM
Tempat & Tgl Lahir : Jogjakarta, 2 Agustus 1979
Posisi : Electric & Acoustic Guitar
Music Fave : Scorpion, Queen dan Led Zeppellin
Friendster : http://www.friendster.com/14985640
Mobile: +628157881XXXX