LETTO on Facebook

Sebelum Cahaya (Video Clip)

Tuesday, July 18, 2006

Konser XL & Hugo's Cafe: Sampai Mati Bersama Letto

Bisnis.com, 05 Jul 2006 04:35 wib

"Operator seluler yang sangat peduli dengan anak muda ini jumat malam lalu memanjakan para pelanggan setianya. Para pengguna kartu Bebas disuguhkan mini konser grup band Letto, bertempat di salah satu tempat pesta terkenal di Kota Pekanabaru, Hugo's Cafe. Group band yang terkenal dengan hitsnya 'Sampai Nanti Sampai Mati' memukau penonton yang tidak sabar menantikan kehadirannya malam itu."

Grup band yang sudah tidak asing lagi dan kerap tampil dalam acara-acara musik baik live maupun di stasiun televisi nasional ini membuka konser malam itu dengan cara yang berbeda pada setiap konser pada umumnya. kelompok musik yang terdiri dari Noe (vokal), Ari (bas), Agus Patub (gitar), dan Dedi (drum), tidak secara berbarengan tampil ke atas panggung, Noe tidak tampak menyapa penggemarnya malam itu, hal ini membuat suasana histeris dari beberapa orang penggemar. Mereka mencari dimana sang vokalis ini berada.

Tidak lama setelah itu, Noe yang juga anak kandung dari budayawan Emha Ainun Najib ini muncul dari kerumunan penonton. Berbagai lagu romantis dari album 'Truth, Cry and Lie' mengalun menyapa penonton malam itu.

Penampilan Letto ditengah ketatnya persaingan grup musik baru memang bukan hal yang kebetulan. Namun, sudah dirancang dengan konsep yang matang karena Letto memiliki keunikan lain dibanding kelompok musik lainnya. Selain tidak selalu terpaku kepada satu jenis aliran musik, mereka juga memiliki kekhasan dalam corak lagunya.

Lagu-lagu yang dibuat Letto diupayakan untuk selalu menangkap emosi yang berbeda. Keunikan Letto tak hanya dari warna musiknya, tapi juga bisa ditengok dari sejarah berdirinya kelompok musik ini, yang juga berlainan dengan jalur biasanya. Didirikan pada 2004 silam, cikal bakal Letto berawal dari pertemanan masing-masing personelnya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Anehnya, mereka berkumpul bukan untuk bermain musik tapi untuk berteater. Kemudian mereka memberi nama grupnya ini dengan sebutan Letto yang secara harfiah sebenarnya tidak ada artinya sama sekali.

Letto lebih diidentikan dengan proses perjalanan berdirinya grup musik ini. Kiprah mereka di dunia teater kemudian berlanjut dengan keterlibatannya dengan kelompok Kyai Kanjeng pimpinan budayawan Emha Ainun Najib. Kendati begitu, proses perjalanan musik Letto tidak serta merta mengikuti aliran musik Kyai Kanjeng. Namun mereka tidak memungkiri adanya warna musik Kyai Kanjeng yang diadopsi, terutama musik-musik Jawa kuno dengan corak slendro dan pelog yang dipadukan dalam permainan instrumen modern. Sejak didirikan, Letto memang memiliki prinsip untuk selalu terbuka dengan kehadiran beberapa corak musik.

(Sumber: Tabloid Bisnis)