LETTO on Facebook

Sebelum Cahaya (Video Clip)

Thursday, September 28, 2006

Nasionalisme Cara Letto

MASIHKAH anak-anak muda, yang terlahir sebagai generasi pop, menyimpan nasionalisme di dasar hatinya? Salah, sungguh salah, kalau Anda meragukannya. Anak-anak muda selalu memiliki cara untuk menunjukkan kecintaan itu.

Lihatlah cara Letto, grup band asal Yogya yang kini tengah naik daun itu, untuk mengungkapkan nyala api cinta pada negara. Ketika manggung di pelataran PRPP dalam rangka Mega Jateng Expo 2006, beberapa waktu lalu, mereka menunjukkannya lewat lagu.
Ya, di sesela penampilannya, Noe sang vokalis mengajak para penonton untuk menyanyikan sebuah lagu wajib. Tentu saja para penonton terhenyak, mendengar ajakan tak lazim itu.
''Siapa yang cinta Indonesia?'' tanya Noe, sebelum memulai ajakannya, yang kontan disambut acungan tangan penonton. ''Kalau masih cinta, mau menyanyi sebuah lagu wajib bersama Letto.''


Melihat keraguan yang menggayut pada respons para penonton, penyanyi yang tak lain adalah putra budayawan Emha Ainun Nadjib itu memulai lagunya. Maka, mengalunlah ''Berkibarlah Benderaku'' karya Ibu Sud itu dalam irama pop yang riang.
''//Berkibarlah benderaku/ lambang suci gagah perwira/ di seluruh pantai Indonesia/ kau tetap pujaan bangsa...//'' lantunnya.

Pada awalnya, ribuan penonton yang memadati pelataran PRPP malam itu, terlihat masih gamang menyahut vokal Noe. Tapi, aransemen ngepop yang dimainkan Patub (gitar), Ari (bas), dan Dedi (drum) membuat mereka lupa, Letto tengah menyanyikan lagu wajib.
Maka, sejurus kemudian terdengar koor yang kompak, melanjutkan lagu itu. Noe, pemilik nama panjang Sabrang Mowo Damar Panuluh itu tinggal menyorongkan mikrofon untuk menangkap semangat yang telah menular ke kepala para penonton.
''//Siapa berani menurunkan engkau/ serentak rakyatmu membela// Sang merah putih yang perwira/ berkibarlah s'lama-lamanya...//''
Lihatlah, sekitar lima penonton merangsek ke arah pagar, yang berjarak dua meter di depan panggung. Di hadapan Letto, mereka membentangkan bendera merah putih, sembari tetap menyanyikan lagu wajib yang ngepop itu.

Album Perdana
Tentu tak cuma lagu wajib yang dibawakan Noe dan grup bandnya. Demi memuaskan para fans, mereka juga membawakan lagu-lagu yang diambil dari album pertama mereka yang bertajuk Truth, Cry, and Lie. Lagu-lagu yang dinyanyikan Letto antara lain ''Truth'', ''Cry & Lie'', ''Sebenarnya Cinta'', ''Tak Bisa Biasa'', ''No One Talk Ab' Love Tonite'', ''Ruang Rindu'', ''Insensitive'', ''Sampai Nanti'', dan ''Sampai Mati''.


(Sumber: Suara Merdeka, Achiar M Permana)

Wednesday, September 27, 2006

Anak Kyai Kanjeng Nyanyi Sendiri

PUNYA ayah Emha Ainun Nadjib rupanya menakutkan. Itulah pengakuan Sabrang Mowo Damar Panulung, 26 tahun. Apa yang dilakukannya dengan bekerja keras selalu saja dikaitkan dengan pimpinan grup musik Kyai Kanjeng itu. Termasuk ketika Noe, begitu ia biasa disapa, membentuk band bernama Letto (di grup ini ia menjadi vokalis).

"Saya bukannya nggak bangga sama Ayah. Cuma, saya nggak mau mendompleng dan memanfaatkan namanya. Pingin dikenal, ya, karena kemampuan saya," ungkap Noe kepada Ajeng Ritzki Pitakasari dari Gatra.

Ihwal terjunnya Noe di bidang tarik suara pun dijalaninya sendiri. "Saya belajar sendiri semuanya. Nggak ada duit untuk bayar orang yang bisa ngajari nyanyi," kata sarjana dua disiplin ilmu, matematika dan fisika, dari Universitas Alberta di Kanada ini, mantap. Di album perdana Letto, "Truth, Cry, and Lie", Noe membuktikan talentanya. Ia menulis semua lagu dan liriknya. Lima dari 10 lagu itu ditulis dalam bahasa Inggris.

Namun ia tak menolak bila harus manggung bareng sang ayah. "Tapi bukan sebagai anak dan ayah. Kalau sampai terjadi, saya pingin dalam konteks antara Kyai Kanjeng dan Letto," ucap anak sulung dari pernikahan pertama Emha ini.
(Sumber: Apa Siapa Majalah Gatra)

Tuesday, September 26, 2006

Noe: "Kami Tidak Mendompleng Nama Emha"

VOKALIS grup band Letto, Noe, membantah tudingan bahwa ia mendompleng nama besar sang ayah, Emha Ainun Najib.
“Saya tidak bisa memilih menjadi anak siapa. Kalau kemudian saya berkarya dalam hal apa dihubungkan dengan ayah saya, apakah itu salah saya dan teman-teman saya”, kata pemilik nama Sabrang Mowo Damar Panuluh ini.

Noe sendiri tidak mempermasalahkan penilaian orang bahwa kesuksesan yang diraih ia dan Letto tak lepas dari Emha Ainun Najib.
“Silahkan orang mau berpikiran apa. Yang penting kita tidak pernah menjadikan nama itu menjadi aset sedikit pun.” ucap Noe.

(Sumber: Bibir Plus SCTV)

Wednesday, September 20, 2006

Dari Fans Buat Letto

Suci: Mas LETTO puniko band ingkang sae sanget nggih....taksih nem-nem nanging lagunipun mboten cengeng, mboten vulgar....malahan kathah nasehat, perenungan ingkang sae..mboten nggurui....mugi-mugi mas LETTO saget dados band ingkang tetep sederhana ananging penuh makna...:)

pradiksa: Letto... klo gw dnger diCD sih bagus gak ada yg nyeleneh sdkt pun baik dr suara /pun instmnt yg ada ddlmny, hebat dimixing, IT skrg mmg canggih tp coba kalo live anchur bgt, kok bs sdmikian anchurnya? shrsny sdh expert wlau gak perfect pling tdk hrs mndkati, klo bs sbgs yg ada diCD dong, sdar gak klo klian tlh mlakukan KEBOHONGAN PUBLIC, lagian musiknya biasa aja tuh, malah terkesan aneh. Faktor fisikkah? krg lathn? /bingung krn trlalu bnyk instrmnt yg hrs dmainkn sdgkn klian cm br4 higga hrs tmbh addplyer pula, bknny letto slalu mlakukan hal yg sama tiap hriny manggung sana sini ...

Vhie2andra: Letto....... Gw salut ma kamu semua... bangga punya kalian.... sebagai pendatang baru... kalian ok banget... good luckk..be the best n maju terus ya...:)

gitablu: saya suka banged sama musik kalian..enak ya. Saya mulai mendengar musik Letto sejak teman saya meminjamkan cd Lettonya ke saya. Dan ternyata memang enak sekali.. Go Letto Go..

rockmadoen: secara keseluruhan ok juga nich album.liriknya ngena, buat para pemuja cinta nendang secara halus.haha...tapi kalo bisa album yg akan datang aga ngebeat lagi donk.sukses bro.

Jk: letto,, dulu cuman suka yg sandaran hati nya doank,, tp skarang ... malah tambah membahana di Melaka.. orang sini belum pada taw letto,, tapi ntar bakal gw puter sring2.. biar org2 pada order kasetnya.

[BACA SELENGKAPNYA DI SINI]

Wednesday, September 13, 2006

Show Letto Berlangsung Dingin

MAKASSAR -- Band pendatang baru, Letto yang tampil di Liquidroom, Clarion Hotel & Convention Makassar tidak mampu membangun suasana semarak dalam pertunjukannya, Rabu malam lalu.
Live performance Letto yang dimulai pukul 23.52 Wita tersebut, berjalan tanpa ada histeria pengunjung dan juga aplaus panjang seperti biasa.
Bisa dikata Letto gagal menghibur dengan suasana Liquid yang begitu dingin sepanjang shownya.

Noe (Vokal, kibor), Patub (Gitar), Arian (Bass) dan Dedy (Drum, Perkusi) tampil dalam durasi satu jam penuh, membawakan tembang-tembang hitnya.
Namun sayang, Noe yang menjadi leader dalam shownya gagal membangun satu aksi yang komunikatif.
Jadinya segala basa basi yang diucapkan Noe di atas panggung berlalu begitu saja, tanpa respons. Bahkan, sekadar tepukan tangan pun tidak.

Suasana dingin sedikit mencair ketika Noe menyanyikan Ruang Rindu, salah satu hit Letto yang kini tengah marak di putar di beberapa radio swasta.
Tapi itu pun tak banyak mengubah respons penonton band asal kota Gudeg tersebut.
Meski malam itu, Letto juga menyuguhkan tembang pamungkas mereka, Sampai Nanti Sampai Mati dan Sandaran Hati.

(sumber: fajar.co.id. foto: tam@www.tamtomo.blogspot.com
)

Video Klip Ruang Rindu

Video Klip Sandaran Hati

Tuesday, September 12, 2006

Noe: Letto Artinya tanpa Arti



LETTO adalah tanpa arti. Itulah pengertian nama band asal Kota Gudeg Yogyakarta.
Meski tak terdefinisi tapi Letto ingin memberikan arti di blantika musik Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan vokalis Letto Noe usai manggung di SMA 1 Balikpapan, Minggu (27/8) malam. "Letto itu berarti tanpa arti. Kita juga enggak tahu arti letto," jelas Noe.

Grup band yang berdiri April 2004 tersebut melambung setelah album pertama mereka yang bertitel truth, cry and lie meledak di pasaran lewat hitsnya sampai nanti sampai mati. Band yang digawangi Noe (vokalis), Dedi (drum), Ari (bass) dan Patub (gitar) ini senang dapat manggung kembali di kota Balikpapan. "Senang, ini kedua kalinya kami manggung di sini (Balikpapan). Sebelumnya kami pernah tampil di Hotel Bahtera," kata Neo. Putra budayawan Emha Ainun Nadjib tersebut senang melihat antusias masyarakat Balikpapan. Menurut pria berambut gondrong tersebut, saat manggung banyak penonton yang hapal dengan lirik lagu Letto, bukan hanya yang berlirik Indonesia, tapi juga yang berbahasa Inggris.

"Itu artinya, mereka (penonton) benar-benar bisa menikmati lagu-lagu kami," jelasnya. Namun, selain membidik pasar lokal Letto juga ingin menembus balantika musik mancnegara. Dengan kata lain Letto berniat untuk go international.

Cita-cita Letto tersebut bukan sekadar isapan jempol. Keseriusan Noe dkk menembus pasar internasional sudah terlihat sejak peluncuran album pertama Letto. Di album tersebut selain menyanyikan lagu berlirik bahasa Indonesia juga ada beberapa yang berbahasa Inggris, yakni U and I, Truth, Cry and Lie dan No One Talk About Love Tonight.

"Ya, kelemahan band Indonesia untuk go international kan bahasa. Karena itu, kami coba untuk menciptakan lagu berbahasa inggris, siapa tahu ada orang barat yang dengar dan langsung menjual Letto ke pasar internasional," kata Noe. Ia juga menambahkan bahwa, di album kedua mereka yang akan diluncurkan tahun depan, masih akan dihiasi dengan lagu-lagu berbahasa Inggris.

Selain membahas musik dan cita-cita Letto, Noe juga mengungkapkan keprihatinannya atas peristiwa gempa yang meluluhlantakkan DI Yogyakarta, terutama Kabupaten Bantul. Apalagi pada bencana alam yang menelan ribuan nyawa dan meratakan ribuan rumah dengan tanah tersebut juga menimpa personel Letto. Rumah Ari di Imogiri juga rata dengan tanah.

"Tapi untungnya enggak ada personel kami yang tewas," katanya. Karena itu, dalam beberapa bulan terakhir ini Letto sering mengumpulkan dana untuk membantu saudara mereka yang terkena gempa. Saat ditanya tentang koran Tribun Kaltim, Noe menjawab sudah pernah dengar, karena sebelumnya Letto juga pernah manggung di Balikpapan.

"Oya, tahu. Karena dulu kami juga pernah ke sini dan melihat waktu nginap di hotel" ungkapnya singkat. Bicara tentang Balikpapan, Noey mengaku asyik saja di Kota Minyak.

"Kota ini asyik, tapi sayang jika ke sini kami enggak sempat mutar-mutar karena harus cepat balik. Tapi yang pasti, Letto masih ingin terus manggung di Balikpapan. Sampai nanti, sampai mati," katanya.
(sumber: tribunkaltim.com, foto: musica)

Thursday, September 07, 2006

Manisnya Sweet-Pop Letto

CUKUP pantas kalau nama Letto kini menjadi band pendatang baru yang naik daun.
Terbukti dengan mengusung sweet-pop-nya Letto mampu membuat fansnya tersenyum puas.
Inilah yang tergambar di gelaran final gelaran LA Light 100% Enjoy Jambore Ekonomic Music Festival (JEMF) di Sasana Bina Krida Budaya Banjarmasin, Minggu (11/6). Band yang pernah masuk di kompilasi Pilih 2004 dengan menyodorkan tembang I’ll Find Away ini disambut heboh.

Ramuan musik band asal Yogyakarta lewat lagu Sampai Nanti, Sampai Mati yang menjadi single pertama album mereka Truth, Cry and Lie, begitu tenar. Pantas saja saat Noe sang vokalis menaiki panggung dengan gayanya yang khas sambil melompat, terdengar teriakan histeris memanggil Letto.
"Apa kabar Banjarmasin, kami cukup bangga bisa tampil di depan kalian!" sapa Noe di awal aksinya. Setelah disambut suara histeris fansnya akhirnya menggema cabikan bas Ari, lalu petikan gitar Agus serta gebukan drum Dedi.
Wajar saja,fans beratnya langsung merapat ke panggung. Setelah tembang I’ll Find Away-nya dilanjutkan Sampai Nanti, Tak Bisa Biasa, Sebenarnya Cinta U&I, serta pamungkas Sandaran Hati.

Pesona grup musik pendatang baru yang hari itu seluruh personilnya mengenakan ikat hitam di lengan sebagai tanda berkabung atas nasib Jogja, bagai magnet tersendiri.
Koor massal selalu mengiring dan Letto lovers serasa tak ingin berhenti mengikuti alunan tembang yang mereka kemas dengan nada pelog dan Slendro ala gamelan Jawa dalam kemasan musik kekinian.

(sumber: indomedia, foto: musica)

Ring Back Tone Letto