LETTO on Facebook

Sebelum Cahaya (Video Clip)

Sunday, August 23, 2009

Kaos Letto & pLettonic




Buat pLETTOnic ada penawaran kaos ekslusif dengan spesifikasi sbb:

- Bahan: Kain Cotton Combed 100%
- Warna: Putih dan Hitam
- Sablon: Karet Timbuk di bagian Depan dan Belakang
- Desain: Seperti gambar di atas...
- Ukuran: S,M,L,XL


Standar Ukuran (Panjang x Lebar):
S (46 x 66 cm)
M (50 x 69 cm)
L (52 x 72 cm)
XL(56 x 76 cm)

- Harga: Rp.70.000,- (belum termasuk ongkos kirim)
- Cara Bayar: Via transfer BCA
- Cara pengiriman kaos: via paket tiki
- Bonus: Stiker (seperti gambar di atas)

Bagi yang berminat silahkan Pre Order dengan cara, isi data-data sebagai berikut:

- Nama:
- Alamat Lengkap:
- No.Tlp:
- Warna Kaos: (Hitam atau Putih)
- Ukuran Kaos: S, M, L atau XL
- Jumlah Pesanan:

Kirim email pesanan ke alamat: KaosLetto@gmail.com
Subject: Pre Order
Nanti akan ada konfirmasi jawaban harga plus ongkos kirim serta no rekening pembayaran...

Ditunggu Pesanannya ya,.... thanks...

selalu tunggu updatenya di http://facebook.com/lettolink

Letto Semangat Tampil Bareng Iwan Fals


Mendapat kesempatan kolaborasi dengan Iwan Fals, Letto mengaku sangat senang. Letto tampil membawakan lagu Sore Tugu Pancoran, Sandaran Hati, Sampai Nanti, Sampai Mati dan Lubang di Hati di konser Iwan Fals bertema Cikal di di Panggung Kita, Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, Sabtu (25/7).

Noe mengaku mengidolakan Iwan Fals dalam bermusik dan menjadikan The Immortal tersebut sebagai inspirator.

"Kolaborasi sama Iwan Fals itu luar biasa. Dapat kesempatan saja sudah sangat gembira. Apalagi temanya tentang anak-anak," katanya seusai konser. Meskipun lelah karena Letto baru berangkat pagi dari Jogja untuk bergabung dalam konser Iwan Fals sore harinya, Noe mengaku sangat senang.

"Kita semestinya peduli sama anak-anak. Bukan hanya anak kita sendiri tapi anak siapapun. Karena nggak ada anak-anak nggak akan ada peradaban di masa depan. Anak-anak tidak boleh disia-siakan," tegas Noe.

Iwan Fals setuju dengan hal tersebut. "Mungkin kita sebagai orang tua sibuk mencari nafkah di masa yang sulit ini. Karena itu harus saling membantu. Di manapun kalau melihat anak yang melakukan kesalahan tegurlah. Jangan dibiarkan," lanjut Iwan Fals.

Iwan Fals mencontohkan banyaknya orang dewasa yang tidak peduli terhadap anak-anak. "Kalau melihat anak SMP merokok, meskipun tidak kenal, tegurlah mereka. Kita harus saling membantu. Itu tanggung jawab kita," tegasnya.

Orang tua, lanjut Iwan, juga harus bisa menjaga perilaku. "Jangan memberi contoh buruk di depan anak. Merokok di depan anak itu buruk, jaga omongan juga. Karena omongan orang tua itu hipnotis bagi anak-anak," paparnya

KapanLagi

Cara Letto Memperhatian Anak-anak Desa Terpencil


Namun Sabtu (1/8) lapangan sebuah desa terpencil di pojok baratdaya Kabupaten Banjarnegara itu dipadati ribuan warga. Bukan hanya warga Lawen. Namun lapangan di perbatasan Pekalongan dan Purbalingga itu juga didatangi warga desa-desa tetangga. Banyak di antara mereka harus jalan kaki naik-turun bukit.
Magnetnya adalah kedatangan kelompok musik kondang dari Yogya, Letto. Grup band yang cukup terkenal itu akan hadir dalam final turnamen sepakbola Piala Letto antar SD se-wilayah Kecamatan Pandanarum, yang digelar sejak 13 Juli. Suasana amat meriah ketika selepas tengah hari, kelompok musik tadi manggung, dengan MC Toto Rahardjo, pegiat LSM dan seniman kelahiran Lawen yang selama ini berkiprah di Yogya.
Sebagian orang bertanya-tanya, apa motivasi Letto menggelar acara seperti itu dan di pegunungan pula. “Kegiatan ini untuk menghidupkan dinamika masyarakat. Bukan juara yang dicari. Kami juga tak menjadikannya ajang mencari fans, bukan ajang cari publikasi karena digelar di pelosok,” kata Noe, vokalis Letto.
Ada tujuan yang lebih spesifik dari kegiatan yang digelar dengan menggandeng kelompok pemuda Lawen yang menamakan diri kelompok ‘Anane29’ itu. Letto ingin melakukan penguatan masyarakat dari sisi sportivitas dan pendidikan. Dan slogan dari Piala Letto ini pun dibikin serius, Sportivitas Adalah Nyawa Dari Keadilan.
Konsep Pendidikan
Bagi Letto, kejuaraan sepakbola antar-SD bukan hanya sekadar kegiatan olahraga namun juga sertamerta bersentuhan langsung secara menyeluruh dengan unsur-unsur masyarakat. Apalagi di dalamnya melibatkan banyak sekolah, guru dan para orangtua.
Noe menandaskan, bahwa melalui kegiatan tersebut Letto mencoba mengapresiasi konsep pendidikan. “Keberhasilan acara ini tidak di ukur dari sukses atau tidaknya kegiatan, melainkan dari sejauh mana semua elemen mampu bersinergi meningkatkan kualitas manusia dan melahirkan konsep sportivitas, solidaritas, interaksi dan kepercayaan diri,” katanya.
Ungkapan kepuasannya, sempat dilantunkan lewat lagu bertema anak-anak berjudul Layang-Layang - di samping sejumlah lagu lainnya - beberapa saat setelah penyerahan hadiah kepada para juara.
Sportif
Letto sangat berharap kegiatan tersebut benar-benar dapat menjadi bahan pengalaman dan yang bernilai secara edukatif bagi semua pihak. Juga menjadi media yang baik bagi Letto untuk belajar dan menyambungkan diri secara lebih nyata di tengah-tengah masyarakat.
“Tidak perlu muluk-muluk, paling tidak kita bisa memulai dengan mengajarkan dan memberi pemahaman bahwa, misalnya, sepakbola bukanlah hanya sekedar banyak gol yang bisa dibuat. Tapi apakah kita cukup sportif dalam membuat gol tersebut. Sportivitas penting, karena sportivitas adalah nyawa dari keadilan,” kata Noe.
Panitia lokal turnamen Beni mengatakan, Piala Letto diberikan kepada kesebelasan SDN 1 Pandanarum sebagai Kesebelasan Terbaik. Sedangkan hadiah dan penghargaan diberikan kepada Kesebelasan Paling Bekerjasama SD 1 Lawen, Kesebelasan Tersportif SD 1 Pasegeran, Kesebelasan Favorit Pilihan Masyarakat SDN 2 Lawen, Kesebelasan Mendapat Dukungan Masyarakat SDN 1 Sirongge dan Kesebelasan Paling Semangat SD 1 Sinduaji.
“SDN 1 Sinduaji pantas menjadi kesebelasan paling semangat. Karena orang Sinduaji semangat, kemana-mana harus jalan kaki naik-turun gunung. Deleng bae jentik karo jempol sikile wong Sinduaji mesti gede-gede, lha mlaku terus,” ujar MC Toto Rahardjo bercanda saat penyerahan hadiah, disambut tawa massa yang menyemut di lapangan.

Kedaulatan Rakyat, 4 Agustus 2009