Bertemu kembali dengan kawan karibnya, Noe sering bermain musik di studio ayahnya. Noe mulai menulis lirik lagu, yang kini banyak tertuang dalam album debut Letto, Truth, Cry and Lie. "Dapat idenya dari mana saja, ada juga pengalaman pribadi. Kalau sering ngobrol, bisa sering dapat ide. Tinggal bagaimana kita menuliskannya saja. Ada soal cinta, sosial, dan ketuhanan," tutur pemuda yang mengaku selalu melibatkan perasaan hati dalam membuat lagu.
Setelah jadi, barulah lagu itu ditawarkan ke perusahaan rekaman. "Setelah ada label yang tertarik, barulah kami bikin band pada tahun 2004. Musiknya kami buat bersama-sama," jelas Noe yang memberi nama grupnya Letto. Apa artinya? "Waktu itu kami butuh identitas. Tapi kenapa harus ada artinya, dan semua orang harus bikin nama dengan filosofinya? Kami bikin nama yang enggak ada artinya. Justru membuat arti dengan memiliki nama tanpa arti," tuturnya berfilsafat.
Keseriusan bermusik membuahkan double platinum bagi Letto. "Kaget juga mendapat penghargaan ini, karena kami tidak pernah menargetkan apa pun dalam bermusik. Mendapat apresiasi seperti ini berarti musik kita diterima," ujar Noe.
Bisa berhadapan dan dikenal banyak orang dipakai Noe Cs untuk mengajak para penggemar dan penontonnya untuk maju, dan berbuat yang baik. Itu sebabnya, mereka menyempatkan sebulan sekali tampil di depan penggemarnya untuk memanfaatkan keistimewaan itu. "Itu bentuk tanggung jawab kami. Bentuknya bisa amal, atau bicara isu tentang kekerasan terhadap wanita, AIDS maupun yang lain. Sejauh ini, kami baru bisa menjadwalkan sebulan sekali."
Walau berawal dari hobi, Noe kini terjun dalam dunia musik secara profesional. Sejumlah penyesuaian Noe lakukan terhadap dirinya yang dianggap cuek terhadap penampilan. Noe, Ari, Patub dan Dedy sempat syok ketika pertama kali masuk salon.
"Saya dulu baru gunting rambut jika terkena razia di sekolah," sebut Noe yang kini pasrah jika didandani. "Saya melihat ini sebagai bagian dari pekerjaan. Semua pekerjaan itu ada risikonya. Saya patuh pada industri ini jika harus ini-itu. Sejauh itu tidak mengubah siapa diri kita, tidak masalah," imbuh pemuda berambut ikal ini dengan santai.
Orang Tua Bagi Adik
Menjadi terkenal memang telah membuat gaya hidup personel Letto berubah. Padatnya kegiatan Noe bersama Letto ke berbagai kota pun sering membuat mereka meninggalkan keluarga dan kerabat di Yogya. Seperti para personel Letto yang lain, Noe sering merindukan acara nongkrong di warung angkringan di Yogya, yaitu gerobak yang menjual "nasi kucing" dan lauk-pauk serta minuman ala kadarnya. "Habis, mampunya nongkrong di situ. Daya belinya memang segitu," ujar Noe yang bersama Letto tengah menyiapkan album kedua, Mei mendatang.
Walaupun sudah dikenal banyak orang, Noe tak risi nongkrong di angkringan bersama teman-temannya. "Orang di situ tidak peduli dengan popularitas kami. Penjualnya juga tetap melihat kami sebagai orang yang tetap harus membayar, yang penting enggak utang. Haha..," selorohnya. Selain itu, meski di luar ia dikenal sebagai penyanyi, di rumah Noe berusaha untuk menjadi kakak yang baik.
Oh ya, setelah sekian tahun menjadi anak tunggal, Noe mempunyai tiga adik hasil pernikahan Cak Nun dengan artis Novia Kolopaking. Jarak usia Noe dengan ketiga adiknya cukup jauh. "Saya melihat diri saya sebagai orang tua bagi adik-adik saya. Saya baru punya adik pertama ketika umur saya sudah 21 tahun. Jadi bukan seperti kakak-adik, tapi seperti om dan keponakan. Tapi saya berusaha untuk jadi kakak yang bisa dijadikan contoh bagi adiknya, yang kalau dia menangis, dia akan lari pada saya," paparnya.
Bentuk rasa sayang Noe pada adik-adiknya antara lain dengan mengajak mereka main bareng, seperti bersepeda, bermain origami, juga komputer. "Kalau pulang dari luar kota, saya sering bawa oleh-oleh buat mereka. Adik yang pertama suka sama peri, jadi terkadang saya bawakan gambar peri, atau sayap peri mainan. Adik yang kedua karena suka mobil, saya bawakan mobil-mobilan. Menyesuaikan sajalah," jelasnya.
Menurut Noe, pengalaman masa kecil berpengaruh pada kehidupan seseorang, begitu juga dengan kehidupan Noe. "Iya dong. Kita hidup di lingkungan mana, bergaul sama siapa, kecilnya belajar apa dan apa yang dilalui, itu sangat berpengaruh membentuk siapa kita sekarang," ujarnya sambil menambahkan, selain Nabi Muhammad, kedua orang tuanya sangat berjasa dalam hidup Noe. "Mereka yang memperkenalkan saya pada dunia. Ketika saya bertanya siapa yang membuat bulan, yang jawab juga orang tua. Semua dasar pemikiran kan dari orang tua."
source: bintang indonesia
LETTO on Facebook
Wednesday, June 13, 2007
Orang Tua Bagi Adik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment