Ku harus memulai kerinduan lagi/ Hari ini/ Karena/ Kangenku memang tak tahu malu/ Apalagi kalo sedang diracun madu/ Tolong aku
Nukilan lirik lagu Hantui Aku dalam album kedua milik kelompok band Letto, Don’t Make Me Sad, produksi Musica Studio’s, mungkin sederhana. Noe, vokalis grup ini, ingin mengatakan, madu yang selalu dianggap manis itu bisa meracuni. Manisnya bisa keterlaluan. Dalam lagu yang bertutur tentang seseorang yang dihantui orang lain ini, Noe ingin mengungkapkan bahwa madu tidak harus selalu menyenangkan.
Namun, lirik-lirik lagu Letto sejatinya adalah kekuatan kelompok ini, selain unik lagunya tidak terlalu sulit dilantunkan. Lirik yang disuguhkan Letto bisa ditafsir secara berbeda oleh orang lain, sama seperti album pertama, Truth, Cry, and Lie. Tentu belum lepas dari ingatan, lagu Ruang Rindu atau Sandaran Hati, yang sampai kini masih laris dipakai sebagai nada dering telepon seluler.
Simak lirik lagu Memiliki Kehilangan. Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada/ Hatimu tetep merasa masih memilikinya/ Rasa kehilangan hanya akan ada/ Jika kau pernah merasa memilikinya.
Sebuah permainan kata yang filosofis meski bukan pemikiran baru.
Lirik-lirik lagu Letto ini ”bersaing” dengan lirik seperti Woo Kamu Ketahuan/ Pacaran Lagi dengan Si Dia/ Teman baikku milik grup Matta atau Pacarku cintailah aku/ Seperti aku cinta kamu/ Tapi kamu kok selingkuh milik Kangen.
Tema tentang cinta bisa ditulis dengan jutaan rangkaian kata. Inspirasi mencipta tema lagu buat grup-grup band bisa jadi sama, semisal dengan mengamati peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, eksekusinya bisa berbeda. Lain Letto, lain pula Kangen atau Peterpan, misalnya.
”Terlalu banyak yang bisa ditulis,” kata Noe, yang mengaku tidak mempunyai referensi mengenai kesusastraan. Jika ada yang menafsir lirik yang dibuatnya puitis atau bahkan sufistik, Noe mengembalikan kepada pendengarnya.
”Inspirasi bisa didapat dari mana saja, misalnya kehilangan HP, ada kucing lewat, atau tertangkap polisi. Yang jelas, kami tidak pernah berhenti belajar, apa pun bisa kami pelajari,” jelas Noe. ”Kesadaran kami adalah menyediakan wacana biar orang lain bisa menggalinya. Kami buka pintu agar orang mempunyai interpretasi sendiri,” imbuhnya.
Banyak bumbu
Dibanding album pertama, album Don’t Make Me Sad yang prosesnya dibuat selama delapan bulan ini makin bisa mewakili banyak kalangan. Ada lagu yang bisa disukai remaja, seperti Hantui Aku. Bagi yang suka bermain-main kata, Memiliki Kehilangan akan pas. Buat yang demen lagu nge-beat dengan lirik bahasa Inggris, lagu My Liberty Good Bye akan terasa pas.
Lagu Sebelum Cahaya, single pertama album ini, bisa dikatakan mewakili kalangan lebih luas. Dengan paduan chord minor dan mayor, lagu ini mudah dihafal, syahdu, dan meliuk-liuk seperti orang mengaji. ”Harapannya, lagu-lagu kami semakin bisa menemani lebih banyak situasi,” tutur Patub, gitaris band ini.
Bagi Arian, pemain bas, referensi musik yang bertambah membuat cara mereka melihat lagu pun berkembang. ”Misalnya ada yang mendengar grup indie-nya Inggris yang tidak terkenal, tapi kok bagus. Itu memberi wacana dan referensi. Semakin banyak bumbu makin enak asal porsinya pas,” sambung Noe.
Referensi musik itu kemudian mewarnai nada, progresi chord, dan beat yang dipilih Letto. Warna musik Letto menjadi terasa unik. ”Namun, khas itu tidak dibikin-bikin, enggak direkayasa. Yang membuat kami unik karena kami menjadi diri sendiri,” terang Noe.
Ngomong-omong, apa yang membuat khas juga termasuk lirik berbahasa Inggris itu? ”Karena sejak album kompilasi menggunakan syair bahasa Inggris, lalu ada ekspektasi dari pendengar agar di album ini kami juga menggunakan bahasa Inggris,” ujar Noe.She really drives me mad/ but it wasn’t all that bad/ 2 seconds to make me surrender and said/ oh please don’t make me so sad.
source: kompas
LETTO on Facebook
Monday, October 01, 2007
Rasanya Dihantui "Letto"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
it's great and wonderfull blog guys, komplit en lengkap bgt info letto nya
Post a Comment