Mereka meramu warna musik melankolis dengan upbeat.
Sukses dengan album perdana, tak membuat Letto cepat-cepat membusungkan dada. Grup band kuartet asal Yogyakarta ini justru menjadikan album kedua mereka sebagai ruang kontemplasi dari para personelnya.
''Pada album kedua pihak Musica memberi kami kebebasan untuk mengeluarkan seluruh ide-ide kami, dan inilah album kedua kami yang merupakan hasil kontemplasi selama satu tahun,'' kata Noe yang menulis sebagian besar lirik lagu-lagu Letto.
Letto dihuni oleh empat anak muda. Noe, putra dari sastrawan, Emha Ainun Najib, tampil sebagai vokalis. Kemudian ada Pathub (gitar), Arian (bas), dan Dedy (drum). Pamor grup ini menjulang setelah dua lagu dari album pertama Letto, masing-masing bertajuk Ruang Rindu dijadikan soundtrack dari sinetron Intan dan Sandaran Hati dalam sinetron Wulan, keduanya tayang di RCTI.
Album kedua Letto diberi judul Don't Make Me Sad. Di album ini mereka menghadirkan 12 tembang yang kaya akan warna dan inspirasi bermusik. Di saat pamor Letto semakin terangkat, Pathub mengatakan, untuk melahirkan sebuah album ternyata bukanlah hal yang mudah.
''Lagu ini kami garap hanya dalam waktu delapan bulan. Bagi kami, ini sebuah persiapan yang sangat sempit waktunya dibanding proses menyiapkan album pertama dulu,'' kata sang gitaris, di Jakarta, pekan lalu. ''Tetapi bagaimanapun kami tetap berusaha menyempatkan waktu dan memberikan yang terbaik untuk album kedua ini,'' sambung dia kembali.
Berbeda dengan Samsons yang langsung melakukan lompatan besar dengan memproduksi album keduanya di tiga benua, Letto justru tidak ingin terjebak latah memproduksi album hingga ke luar negeri. Patub menceritakan semua proses produksi album baru mereka ini, termasuk proses mastering dan mixing, dilakukan di Jakarta.
Noe, sang vokalis yang sempat menimba ilmu di Amerika Serikat, menambahkan di album kedua ini Letto lebih ingin menekankan pada proses pencapaian ide dan kontemplasi terhadap keseharian. ''Secara keseluruhan album ini berisi hal-hal yang ada di sekitar kita. Kalau ada orang yang bilang maknanya dalam dan menyentuh, sebenarnya merupakan pengalaman pribadi orang tersebut,'' kata dia menjelaskan.
Ia menambahkan bahwa dari 12 lagu terselip empat tembang yang dikemas dalam konsep melodi melankolis. Empat lagu yang aransemennya dikemas dalam tempo sedang, dan empat lagu lainnya digarap secara upbeat.
Lagu andalan
Untuk single hit dari album ini, Letto menempatkan tembang 'Sebelum Cahaya'. Lirik lagu ini berkisah tentang seseorang yang merasa kesepian, karena ditinggalkan teman. ''Padahal sesungguhnya dalam kesendirian itu masih ada Tuhan dan alam yang menemani,'' ujar Noe yang bernama lengkap Sabrang Mowo Damar Panuluh.
Tembang lain yang menarik disimak dalam album ini, di antaranya lagu berbahasa Inggris berjudul 'Ephemera'. Kemudian ada juga 'Bunga di Malam Itu' yang bertutur tentang indahnya pertemuan dengan Nabi Muhammad SAW, serta 'Permintaan Hati' yang berirama menghentak.
Pemimpin Musica Studio's, Indrawati Widjaja, mengungkapkan pihaknya berencana membuat lima video klip untuk album terbaru ini. ''Syair, jenis musik, dan warna vokal Letto memang sangat unik, semoga lagu-lagu mereka kembali bisa diterima para pecinta musik Indonesia,'' ujarnya berharap.
Widi, humas Musica Studio's, menambahkan pre order atau pemesanan tahap perdana dari album Don't Make Me Sad ini sudah mencapai 150 ribu keping. Kehadiran album kedua Letto ini ternyata bertepatan juga dengan 20 bulan setelah grup ini meluncurkan album pertama yang diberi tajuk Truth, Cry, and Lie yang berhasil menggondol double platinum, karena memperoleh penjualan hingga 450 ribu keping.
source: republika
LETTO on Facebook
Wednesday, September 05, 2007
Kontemplasi Letto
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment