Menurut Noe alias Sabrang Mowo Damar Panuluh, Iblis memberikan keseimbangan kepada seluruh makhluk Tuhan, bahkan Noe menuangkan dalam sebuah lagu yang termuat di album Lethologica. Lagu apakah itu dan berbicara tentang apa? Simak tulisan berikut yang diambil dari VIVAnews:
Noe, vokalis grup musik Letto, ternyata seorang pengagum iblis. Namun, pernyataan itu tidak akan mudah dipercaya, karena Noe dikenal sebagai seorang pengarang lagu bertema religi.
"Kalau ditanya tokoh idola saya, ya saya jawab iblis," kata vokalis band asal Yogya ini di Jakarta, Kamis 2 April 2009.
Lantas, apa alasan Noe untuk mengagumi iblis. Menurut dia, iblis memberikan keseimbangan kepada seluruh makhluk Tuhan.
"Iblis menjalankan tugas di dunia yang paling berat. Dibenci dan dihujat. Padahal tanpa iblis kita tidak bisa masuk surga," tutur Noe memberi penjelasan.
Kekaguman Noe terhadap iblis juga tidak bisa lepas dari diskusi panjang dengan ayahnya, budayawan Emha Ainun Najib. "Makin intens membahas iblis sejak dua tahun terakhir," kata dia.
Kekaguman itu juga membuat Noe terinspirasi untuk menulis lagu. Di album ketiga Letto, Lettologica, tersisip satu lagu itu. Tapi, Noe tidak mau menyebut judulnya.
"Videoklip lagu itu sudah dibuat, tapi belum launching. Lihat saja nanti" ujar dia.
Ketika ditanya apakah tidak takut dicekal dengan lagu yang terinspirasi iblis, Noe mengaku tidak. Bahkan dirinya terbuka untuk berdiskusi dan diklarifikasi. "Orang mau judge juga terserah," ujarnya.
Lagu ini, kata Noe, sama seperti lagu Letto lain yang dianggap bertema religi. "Karena religi adalah output dari karya, bukan karya itu sendiri."
Tapi Noe mengaku tidak membuat lagu ini untuk mencari sensasi. "Cari sensasi kan kalau saya koar-koar," ujarnya.
Tuesday, April 21, 2009
Satu Lagu Letto Terinspirasi Iblis?
Sunday, April 05, 2009
Letto, Parpol & Pembajakan
Seperti dilansir Kompas saat meramaikan kampanye salah satu partai politik, vokalis grup Letto, Noe, menyentil sikap sejumlah partai yang menjadikan isu pembajakan karya cipta hanya sebatas wacana. Saat ini, menurutnya, belum ada partai politik yang konsisten ikut memberantas pembajakan lagu, padahal hal itu sangatlah merugikan negara. Menurut Sabrang Mowo Damar Panuluh, nama lengkap Noe, dalama setahun Indonesia dirugikan sebesar sekitar 1 triliun rupiah akibat pembajakan lagu baik dalam bentuk CD, VCD maupun MP3.
Beberapa partai hanya sebatas wacana memberantas pembajakan lagu, sementara partai lainnya sama sekali tidak menyentuh permasalahan itu, Noe juga menegaskan pembajakan lagu sepanjang tahun semakin banyak terjadi. Itu lebih besar merugikan artis dan produser dibanding pajak yang diberikan negara. Pembajakan di Indonesia semakim menggila dan kondisinya semakin mengkhawatirkan.
Menurut Noe, saat ini banyak penyanyi yang terkenal tapi tidak mendapatkan penghasilan yang layak, piringan CD, VCD dan MP3 lagu bajakan mencapai 94 persen, sementara piringan yang asli terjual hanya enam persen.
Saat ini Noe berharap pemberantasan pembajakan lagu bukan sebatas wacana dari partai peserta pemilu tahun ini tetapi seharusnya juga menjadi salah satu misi partai terutama partai besar karena mereka memiliki peranan yang cukup besar dalam mengatasi permasalahan ini.
Saat inipun para artis atau band di Indonesia mengandalkan pendapatan terbesar dari ringbacktone yang bebas pembajakan dan konser karena saat inipun peredaran lagu bajakan apalagi via internet menggila, lebih cepat dari peredaran album resmi di gerai-gerai musik bahkan album belum beredar tetapi lagunya bahkan udah terkenal di internet.
Saturday, April 04, 2009
Letto Hanya Penghibur, Bukan Juru Kampanye
Band Letto tetap mau tampil di kampanye partai politik. Namun bukan berarti Letto mengajak peserta kampanye untuk memilih partai itu. Letto bersedia tampil dengan syarat hanya sebagai penghibur, dan bukan sebagai juru kampanye.
"Kami terbuka untuk semua partai. Tidak mau kalau hanya untuk satu partai saja. Dan kami mau tampil secara profesional," kata Noe, vokalis Letto, usai menghadiri sebuah acara diskusi di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis (2/4).
Profesional yang dimaksud Noe adalah posisi Letto yang tampil bukan sebagai juru kampanye, tapi pengisi acara. Dan itu, kata Noe, harus dipahami oleh Letto dan partai. "Dari awal harus ada kesepakatan tentang positioning itu," ujar pria yang bernama asli Sabrang Mowo Damar Panuluh.
Partai yang menggunakan Letto dalam kampanye antara lain Golkar, Hanura, dan Demokrat. Namun Letto tidak mengatakan berapa tarif yang diterima saat tampil di kampanye.
Saat kampanye, kata Noe, Letto tidak akan mengajak untuk memilih partai yang mengontrak mereka. Letto hanya akan meminta peserta kampanye untuk memilih yang terbaik untuk Indonesia. Bahkan Letto tidak ingin dipaksa untuk tampil mengenakan atribut partai saat tampil.
Noe tidak khawatir akan ditinggalkan penggemarnya akibat tampil untuk parpol. Penggemar Letto, kata Noe, memiliki tingkat dialog yang lebih dewasa. "Kami juga terbuka untuk melakukan dialog di situs lettolink," ujar Noe.
Sumber: Pikiran Rakyat, 03.04.09