Mereka ini adalah sebuah band yang sangat konseptual. Dan mereka adalah Letto yang khas dengan lagu-lagu yang puitis, pop-romantis. Melalui A Mild Live Soundrenaline 2008 "free Your Voice", Letto mengajak music maniacs Yogyakarta untuk bisa menghargai diri sendiri, dan bangga untuk menjadi diri sendiri.
"Walaupun kita kambing ataupun sapi, kita harus bisa dan mau mengakui diri sendiri," ungkap Noe. Melalui atribut khas Jawa, memadukan musiknya dengan irama khas javanesse, Letto tidak bosan-bosannya untuk menyuarakan untuk juga bisa menghargai karya dalam negeri.
Ditanya soal obsesinya untuk mengikuti journey to Abbey Road, Letto menyatakan tidak begitu terobsesi, dan hanya menjadikan sara hiburan saja bila mereka bisa dikirim kesana. "Soundrenaline sebagai sarana ekspresi bukannya obsesi. Untuk ke London, hanya menjadi hiburan buat kita," tutup Noe. Letto yang tampil menjelang sore mempertunjukan kebolehan gitaris dan bassistnya dalam mempermainkan dawai menjadi dinamika dan harmonisasi yang sangat kaya, seperti aransemen ulang "Sampai Nanti, Sampai Mati" yang membuka penampilan mereka hari ini
"Kami juga memakai tarian khas Bali, biar kita juga bisa menghargai diri kita yang lain," lanjut Noey. Letto rupanya berhasil menghibur music maniacs yang hadir, sekaligus menyuarakan hal-hal yang positif. Setiap penonton merasa sejuk suasananya pada saat mendengarkan "Sebelum Cahaya", dilatari oleh terbenamnya matahari di Prambanan
all about letto on www.the-letto.blogspot.com
LETTO on Facebook
Monday, August 11, 2008
Letto Menghargai Diri Sendiri
Subscribe to:
Posts (Atom)