LETTO on Facebook

Sebelum Cahaya (Video Clip)

Monday, July 03, 2006

Letto : Sebuah Nama Tanpa Arti

Letto mulai melaju dengan hitsnya 'Sampai Nanti Sampai Mati' yang bercerita soal perjuangan hidup. Band musik asal Yogyakarta ini juga telah meliris debut album mereka 'Truth, Cry and Lie'. Kini nama Letto memang sudah tidak asing lagi dan mereka kerap tampil dalam acara-acara musik baik live maupun di stasiun televisi nasional.

Meski begitu, kelompok musik yang terdiri dari Noe (vokal), Ari (bas), Agus Patub (gitar), dan Dedi (drum) merasa popularitas sebenarnya bukan tujuan akhir mereka. Mereka mengistilahkannya sebagai: kemunculan Letto sesuai dengan waktu yang tepat. Penampilan perdana Letto ditengah ketatnya persaingan di antara grup musik baru memang bukan hal yang kebetulan. Namun, sudah dirancang dengan konsep yang matang karena Letto memiliki keunikan lain dibanding kelompok musik lainnya. Selain tidak selalu terpaku kepada satu jenis aliran musik, mereka juga memiliki kekhasan dalam corak lagunya.

Lagu-lagu yang dibuat Letto diupayakan untuk selalu menangkap emosi yang berbeda. Keunikan Letto tak hanya dari warna musiknya, tapi juga bisa ditengok dari sejarah berdirinya kelompok musik ini, yang juga berlainan dengan jalur biasanya. Didirikan pada 2004 silam, cikal bakal Letto berawal dari pertemanan masing-masing personelnya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Anehnya, mereka berkumpul bukan untuk bermain musik tapi untuk berteater. Kemudian mereka memberi nama grupnya ini dengan sebutan Letto yang secara harfiah sebenarnya tidak ada artinya sama sekali. Letto lebih diidentikan dengan proses perjalanan berdirinya grup musik ini. Kiprah mereka di dunia teater kemudian berlanjut dengan keterlibatannya dengan kelompok Kyai Kanjeng pimpinan budayawan Emha Ainun Najib.

Kendati begitu, proses perjalanan musik Letto tidak serta merta mengikuti aliran musik Kyai Kanjeng. Namun mereka tidak memungkiri adanya warna musik Kyai Kanjeng yang diadopsi, terutama musik-musik Jawa kuno dengan corak slendro dan pelog yang dipadukan dalam permainan instrumen modern. Sejak didirikan, Letto memang memiliki prinsip untuk selalu terbuka dengan kehadiran beberapa corak musik.

(sumber: a-mild.com)

1 comment:

Anonymous said...

This is very interesting site... » »