LETTO on Facebook

Sebelum Cahaya (Video Clip)

Thursday, April 13, 2006

What's Up

SATU lagi grup musik asal Jogjakarta siap menggebrak pasar musik Indonesia.
Setelah Sheila On 7, Jikustik, kini giliran pendatang baru, LETTO, yang berformasikan Noe (vokal/kibor), Patub (gitar), Arian (bass), dan Dedi (drum).
Sebelumnya band yang bernaung di bawah bendera Musica Studio ini pernah masuk di album kompilasi Pilih 2004 dengan menyodorkan tembang berbahasa Inggris ’I'll Find Away’ yang mendapat sambutan cukup bagus.

Kini, mereka diberi kesempatan untuk merilis album utuh yang diberi title ”Truth, Cry, and Lie”.
Keliatannya bahasa Inggris menjadi dominan di album yang mengusung sweet-pop ini.
Tapi bukan berarti nggak menyisakan lagu berbahasa Indonesia.
Simak saja single pertamanya yang sudah diputar di radio bertajuk ’Sampai Nanti, Sampai Mati’.
Namun yang agak "aneh" mungkin, ketika menyimak satu demi satu single yang ada.
Ada campuran hard-rock lawas, tapi dipadu dengan komtemplasi ala Kitaro.

"...that's the truth behind the cries, that's the cries behind the lies..."
Ini dikutip dari salah satu lirik lagu Letto, yang sepertinya sangat setipe dengan Tahiti80s dengan Heart Beat-nya.
Kalau dilihat dari liriknya ini adalah sebuah kalimat yang bisa sedikit menampar hidup kita mungkin ya, sesaat setelah mendengarnya.
Kalau diartiin ke Indonesia kira-kira jadinya begini… ”kebenaran di balik tangis, tangisan di balik kebohongan”.

DULU, ketika LETTO Band masuk ke kompilasi PILIH 2004, sempat muncul pesimisme band ini bakal cepat masuk dapur rekaman.
Maklum saja, tahun itu adalah eranya Peterpan yang kebetulan satu label dengan band asal Jogjakarta ini.
Lagian siapa yang aware dengan single LETTO ’I’ll Find Away’.
Meski sempat mencuri dengar, tapi lagu tersebut tetep nggak bisa bikin kita aware sama LETTO.
Tapi mungkin kini, kita harus mengubah ‘sinisme’ itu.
LETTO akhirnya tetap merilis album utuh yang herannya, sebenarnya lebih bagus dibanding band-band yang sekarang sedang digandrungi.
Sayangnya juga, LETTO sendiri ternyata tak “jual diri” sebelumnya.
Nggak kaget, kalau musisi-musisi Jogja sendiri “kebingungan” ketika ada band dari daerahnya yang merilis album nasional.
Wajar saja tampaknya, karena meski kini ngeband, mereka tumbuh dalam lingkungan teater yang kuat dengan gamelan.

Uniknya, mimpi mereka adalah "mengawinkan" nada-nada pentatonik gamelan dengan musik modern.
Hasilnya? Ya musik LETTO ’Sampai Nanti, Sampai Mati’.
Lagu ini menarik dari lagu-lagu band Jogja ini.
Mereka mengemas lagu-lagunya dengan nada pelog dan Slendro ala gamelan jawa tapi dalam kemasan musik kekinian.
Dari segi lirik memang ringan sekali, tapi kalau bener-bener dimaknai, mereka hebat bisa bikin lirik sederhana yang cepat menancap di hati.
Lagu yang kerap bisa bikin semangat ini memang bikin kita sedikit mikir kalau di dunia ini banyak orang yang pernah takut mati, patah hati, banyaknya sial yang datang dan pergi, tapi tentu aja kalau ada semangat semua bakal mudah dihadapi..makanya semangat itu nggak boleh mati sampai nanti sampai mati. Begituuuu…

Selain lagu ’Sampai Nanti, Sampai Mati’ di track ke-2, album ”Truth, Cry And Lie” ini dibuka dengan track1 yang berjudul sama dengan judul album LETTO ini, lalu di track ke-3 ada ’Sandaran Hati’, kemudian track ke-4 ada ’Sebenarnya Cinta’ dan track ke-5 ada ’U & I’. Tottaly ada 10 track.
’Tak Bisa Biasa’ di taruh di track ke-6, track ke-7 ada ’Insensitive’ lalu di tack ke-8 ’No One Talk About Love Tonite’, lalu track ke-9 ada ’Ruang Rindu’ ditutup sama ’I’ll Find A Way’ yang diletakkan di track ke-10.

Dari album ini yang benar-benar mencuri perhatian adalah ’Sampai Nanti, Sampai Mati’ serta ’Truth, Cry and Lie’.
Selanjutnya sepertinya harus sering-sering di simak dulu nih.
Seperti halnya Bujang Dare yang awalnya nggak terlalu ngeh sama ’Sampai, Nanti, Sampai Mati’.
Padahal kita dapetin single mereka di bulan November, tapi mulai banyak requestnya sekarang-sekarang ini…

(Sumber: Volare FM)